Advertise

Jumat, 26 April 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT LANGSUNG DIALOG CERPEN DENGAN MEDIA KOMIK DI KELAS IX SMP NEGERI

ABSTRAK

Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang sangat penting dan bermanfaat karena dapat mendorong seseorang untuk berkreasi, menyelesaikan studi, menyelesaikan administrasi perkantoran, dan tugas tulis lainnya. Kemampuan menulis ini tidak dikuasai secara otomatis, tetapi perlu dipelajari secara sadar dan sistematis serta diikuti dengan latihan yang intensif. Karena itu, kemampuan menulis ini harus dibina sejak siswa duduk di tingkat sekolah dasar, sampai mereka di perguruan tinggi.
Menulis juga merupakan kemampuan kompleks yang melibatkan berbagai aspek kebahasaan, antara lain penguasaan kosa kata, pemahaman tentang kalimat dan paragraf, penggunaan ejaan, dan kaitan unsur yang satu dengan unsur lainnya dalam membentuk suatu pesan secara utuh. Pembinaan  dan pelatihan menulis harus menjadi upaya serius yang selalu ditinjau ulang dan diperbaiki agar siswa memiliki kompetensi secara maksimal.
Materi  sastra, sebagai bagian dari pembelajaran bahasa Indonesia, sebenarnya sangat mengasyikkan. Selain mengandung nilai-nilai moral, sosial, etika, estetika, budaya, dan agama materi sastra tersebut juga dapat memperhalus budi pekerti, menambah wawasan, dan sarat pengetahuan. Guru harus memiliki jurus jitu dalam pembelajaran agar suasana kelas menjadi hidup dan tidak texbooks  belaka. Salah satu upaya menyiasati agar siswa senang dan materi tersampaikan secara menyenangkan adalah dengan menggunakan komik, yakni cerita bergambar dalam majalah, surat kabar, atau berbentuk buku yang umumnya mudah dicerna dan lucu. Siswa  diminta mengubah cerita di dalam komik menjadi cerpen dengan memperhatikan penulisan kalimat langsung sebagai dialog antartokoh. Padahal, menulis dialog antartokoh ini bukan merupakan hal mudah bagi siswa. Dengan menggunakan komik (yang mengandung ’balon kata’ sebagai materi dialog antartokoh) inilah diharapkan kemampuan siswa dalam menulis kalimat langsung dialog antartokoh pada cerpen dapat ditingkatkan.
Penelitian tindakan kelas ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen, khususnya menuliskan kalimat langsung sebagai dialog antartokoh. Melalui menulis cerpen dengan mengubah komik, kemampuan menulis siswa mengalami kemajuan signifikan. Peningkatan perolehan nilai rerata kelas dari siklus pertama 53,14 menjadi 71,42 pada siklus ketiga, dan perolehan nilai tes akhir 86,65. Adapun peningkatan nilai mencapai 34,36%, dan 21,32%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa melalui pemanfaatan komik dalam pembelajaran, kemampuan siswa dalam menulis cerpen, khususnya penulisan kalimat langsung dialog antartokoh, mengalami peningkatan signifikan. Karena itu, disarankan agar guru lebih kreatif dalam menyajikan pembelajaran. Melalui berbagai media yang terdapat di lingkungan, disukai, dan menyenangkan, proses dan hasil pembelajaran dapat ditingkatkan.
BAB  I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang sangat penting dan bermanfaat. Dengan kemampuan itu, seseorang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, dan pengalamannya kepada orang lain secara tepat tanpa terikat tempat dan waktu (Brotowidjojo, 1985). Di samping itu, kemampuan menulis dapat mendorong seseorang untuk berkreasi, menyelesaikan studi, menyelesaikan administrasi perkantoran, dan tugas tulis lainnya.
Menulis yang sangat penting dan bermanfaat itu bukan kemampuan yang diwariskan turun-temurun dan dapat dikuasai begitu saja. Kemampuan tersebut perlu dipelajari secara sadar dan sistematis serta diikuti dengan latihan yang intensif. Di sisi lain, kemampuan berkomunikasi tertulis secara baik juga tidak dapat dikuasai secara otomatis. Kemampuan itu perlu dipelajari dan dilatihkan dengan sungguh-sungguh. Melalui belajar dan berlatih serta didorong oleh minat dan motivasi yang tinggi dimungkinkan seseorang mampu menulis dengan baik dan benar.
Bertolak dari kenyataan di atas, kemampuan menulis ini harus dibina sejak siswa duduk di tingkat sekolah dasar, sampai mereka di perguruan tinggi (Soedjatmoko, 1978). Hal itu sejalan dengan pendapat Mendikbud (1978) yang mengemukakan bahwa kemampuan menulis tidak saja harus dibina dan ditingkatkan sejak dini, tetapi juga harus diarahkan pada penulisan karya-karya besar (Mendikbud 1978, dalam Halim dan Yayah B.L. (Ed), 1983).
Selain penting dan bermanfaat, menulis juga merupakan kemampuan yang kompleks karena melibatkan penguasaan banyak aspek kebahasaan, di antaranya penguasaan kosa kata, pemahaman tentang kalimat dan paragraf, penggunaan ejaan, dan kaitan unsur yang satu dengan unsur lainnya dalam membentuk suatu pesan secara utuh. Apalagi menulis tergolong keterampilan produktif tulis karena merupakan suatu aktivitas menggunakan bentuk bahasa tulis untuk maksud komunikasi (Akhadiah, dkk., 1989).  Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Keraf (1984) menulis merupakan suatu aktivitas membentuk sintaksis. Aktivitas tersebut melibatkan keterampilan menggunakan pengetahuan dasar kebahasaan ditambah dengan beberapa kemampuan menalar pengetahuan yang baik tentang objek garapannya. Dengan demikian, pembinaan dan pelatihan keterampilan menulis harus menjadi upaya serius yang selalu ditinjau ulang dan diperbaiki agar siswa memiliki kompetensi secara maksimal.
Disebut sebagai keterampilan kompleks karena menulis melibatkan berbagai keterampilan, yaitu keterampilan (a) mengekspresikan ide atau gagasan, (b) mengorganisasikan ide atau gagasan tersebut, (c) menerapkan gramatika dan pola-pola sintaksis, (d) memilih struktur dan kosa kata, dan (e) keterampilan mekanik, yakni keterampilan menggunakan konvensi grafis bahasa (Harris, dalam Zulkifli 1993). Oleh karena itu, kemampuan menulis siswa perlu mendapatkan perhatian dan penanganan khusus.
Materi  sastra, sebagai bagian dari pembelajaran bahasa Indonesia, sebenarnya sangat mengasyikkan. Selain mengandung nilai-nilai moral, sosial, etika, estetika, budaya, dan agama materi sastra tersebut juga dapat memperhalus budi pekerti, menambah wawasan, dan sarat pengetahuan. Namun, jika guru bahasa Indonesia tidak memiliki jurus jitu dalam pembelajaran, suasana kelas menjadi kering dan texbooks  belaka. Oleh karena itu, diperlukan upaya menyiasati agar siswa senang dan materi tersampaikan secara menyenangkan. Jika akan meraih tujuan agar siswa berkompeten dalam bersastra, suasana kondusif ini menjadi syarat mutlak dalam pembelajaran.
Ditinjau dari segi isi, materi sastra meliputi apresiasi dan praktik penulisan karya sastra. Pada pembahasan materi apresiasi, siswa diminta menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik karya sastra baik berupa prosa, puisi, maupun drama. Pada praktik penulisan karya sastra, siswa diminta menuliskan contoh prosa, puisi, maupun drama. Penulisan contoh puisi, misalnya dengan menuliskan pantun dan puisi bebas. Penulisan prosa, misalnya menulis buku harian dan cerita pendek.
Salah satu standar kompetensi menulis di kelas IX semester I adalah mengungkapkan kembali pikiran, perasaan, dan pengalaman dalam cerita pendek. Dasar kompetensi yang menjadi acuan adalah menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Ditinjau dari segi teknis penulisan, dialog cerpen harus dituliskan menggunakan kalimat langsung. Sementara model penulisan kalimat langsung ini tidak disajikan secara teoretis sehingga tidak dipahami siswa. Di sisi lain, materi  cerita pendek (selanjutnya disingkat ‘cerpen’) tidak selalu berdasarkan pengalaman pribadi, tetapi dapat diaplikasi dari suatu peristiwa yang pernah dibaca. Jenis bacaan siswa selain cerpen atau jenis prosa lain, juga cerita bergambar atau komik.
Komik  dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:542) didefinisikan sebagai cerita bergambar dalam majalah, surat kabar, atau berbentuk buku yang umumnya mudah dicerna dan lucu. Menurut Atmowiloto (1982) komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalan cerita. Biasanya komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga bentuk buku tersendiri.
Secara awam, seringkali orang tua melarang putra-putrinya membaca komik karena dianggap sebagai hal yang dapat mengganggu konsentrasi belajar. Padahal, komik ini tidak selalu bernilai negatif, dapat menjadi sarana refreshing bagi siswa untuk menghilangkan kejenuhan ataupun mengisi waktu luang, dan dapat memberi inspirasi untuk mencipta karya sastra. Bahkan, ditinjau dari segi proses pembelajaran komik ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana dan media pembelajaran. Hal yang dikatakan oleh pelaku pada komik biasanya dikemas dalam balon kata. Mengubah balon kata pada komik menjadi kalimat langsung sebagai dialog antartokoh inilah yang menjadi sasaran pemanfaatan komik sebagai media dan sarana pembelajaran.
Berdasarkan pengalaman penulis selama empat tahun terakhir sebagai guru di SMP Negeri    , salah satu kendala yang dialami siswa pada saat menulis cerpen selain menata alur cerita adalah menerapkan ejaan (EYD), khususnya penggunaan tanda-tanda baca dalam penulisan kalimat langsung dan kalimat tidak langsung sebagai bagian dari dialog antarpelaku.  Oleh karena itu, penulis mencoba melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan memanfaatkan media komik dalam penelitian berjudul: “Peningkatan Kemampuan Menulis Kalimat Langsung Dialog Cerpen dengan Media Komik di Kelas IX SMP Negeri     Tahun Pelajaran 2007-2008”
Dengan model pembelajaran ini diharapkan suasana pembelajaran menyenangkan dan kondusif sehingga materi pembelajaran mudah diserap dan diingat siswa.  Hal ini sesuai dengan prinsip dasar pembelajaran dalam kurikulum KBK tahun 2004 yang menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang memberdayakan semua potensi peserta didik supaya mampu meningkatkan pemahaman pada fakta, konsep, prinsip dalan khasanah keilmuan dan mengembangkan keterampilan berpikir logis, kritis, dan kreatif. (Depdiknas, 2003). Selanjutnya, prinsip dasar ini dikembangkan ke dalam beberapa prinsip pendidikan, yakni (1) berpusat pada siswa, (2) mengembangkan kreativitas siswa, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) menyediakan pengalaman belajar yang beragam, (5) mengembangkan beragam kemampuan yang bermutu nilai, dan (6) belajar melalui berbuat. 

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah utama dalam penelitian ini adalah “Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan menulis siswa, khususnya menulis kalimat langsung pada dialog antartokoh dalam cerpen berdasarkan EYD?”  Secara rinci, rumusan tersebut dipaparkan sebagai berikut.
Bagaimana upaya guru dalam meningkatkan pemahaman siswa mengenai jenis-jenis kalimat dalam penulisan cerpen?
Bagaimana upaya guru dalam pembelajaran menulis cerpen agar siswa mampu membedakan penulisan kalimat langsung dan tidak langsung sebagai dialog antartokoh pada cerpen?
Bagaimana pemanfaatan komik sebagai media dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam penulisan cerpen, khususnya mengubah dialog pada ‘balon kata’ menjadi kalimat langsung atau tidak langsung sebagai realisasi dialog antartokoh pada cerpen?
Bagaimana pemanfaatan komik sebagai media dapat meningkatkan kemampuan menulis dan menyunting penulisan kalimat langsung dialog antartokoh pada cerpen?

C. Tujuan Penelitian


Sesuai dengan permasalahan penelitian yang telah ditetapkan, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemanfaatan komik dalam pembelajaran menulis cerpen di kelas IX SMP Negeri    . Secara rinci tujuan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.
Untuk mendeskripsikan upaya guru dalam meningkatkan pemahaman siswa mengenai jenis-jenis kalimat pada penulisan cerpen.
Untuk mendeskripsikan upaya guru dalam pembelajaran penulisan cerpen sehingga meningkatkan kemampuan siswa membedakan penulisan kalimat langsung dan tidak langsung sebagai dialog antartokoh pada cerpen.
Untuk mendeskripsikan pemanfaatan komik sebagai media peningkatan kemampuan siswa dalam menulis cerpen, khususnya menuliskan kalimat langsung dan tidak langsung sebagai dialog antartokoh pada cerpen secara tepat ditinjau dari segi ejaan dan tanda baca.
Untuk mendeskripsikan pemanfaatan komik sebagai media peningkatan kemampuan menulis dan menyunting penulisan kalimat langsung sebagai dialog antartokoh pada cerpen.

Manfaat Penelitian
Memberikan bahan pembelajaran dan model penelitian secara praktis kepada guru bidang studi bahasa Indonesia agar dapat melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan materi dan media lain.
 Memberikan nuansa baru dalam pembelajaran sehingga guru tidak terfokus pada buku teks/paket belaka.

 Ruang Lingkup
    Kemampuan menulis mempersyaratkan pengetahuan teoretis dan praktis tentang penerapan ejaan yang disempurnakan (EYD). Penerapan penulisan EYD ini belum sepenuhnya dikuasai siswa kelas IX SMP Negeri . Banyak siswa yang memerlukan pemahaman dan pendalaman materi penerapan EYD,  khususnya penerapan tanda baca pada kalimat langsung dan kalimat tidak langsung.
Kalimat langsung dan tidak langsung harus digunakan dalam penulisan cerpen yang dibuat siswa. Oleh karena itu, penulis merasa perlu pemantapan pemahaman materi-materi:  (1) jenis kalimat berita, kalimat perintah, kalimat seru, dan kalimat langsung serta kalimat tidak langsung, dan (2) ejaan yang disempurnakan (EYD), khususnya penerapan tanda baca yang digunakan dalam kalimat langsung, yakni tanda-tanda baca:  (a) tanda kutip (petik), (b) tanda koma, (c) tanda seru, (d) tanda tanya, dan (e) tanda titik.

Sajian  Definisi

Komik adalah cerita bergambar baik yang disertai teks maupun yang tidak disertai teks.
Media pembelajaran adalah sarana penunjang berlangsungnya proses dan keberhasilan pembelajaran.
Kemampuan menulis adalah kesanggupan mental dan intelektual siswa yang meliputi kesanggupan merangkaikan dan menggunakan unsur-unsur bahasa sehingga terbentuk suatu kalimat yang logis dan baku. Penulisan cerpen antara lain ditandai oleh adanya dialog antartokoh. Dialog tersebut disampaikan dengan kalimat langsung yang mempersyaratkan adanya pemanfaatan tanda baca secara tepat, sesuai dengan EYD.
Kemampuan menyunting adalah kesanggupan mental dan intelektual siswa yang meliputi kesanggupan mengoreksi dan merevisi kesalahan penulisan ejaan dan tanda baca pada kalimat langsung dan tidak langsung sebagai dialog antartokoh pada cerpen

1 komentar

Unknown 29 Oktober 2014 pukul 17.55

slmt pagi, mas ada ga PTK lengkapnya untuk judul yang ini?, makasiiii

Posting Komentar