Advertise

Free Download PTK

Silahkan Download PTK TK, SD, SMP, SMA, SMK dan Skripsi PTK untuk Mata Pelajaran PAI, PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Matematika, IPA, Fisika, Biologi, Kimia, IPS, Ekonomi, Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi.

Free Download PTK

Silahkan Download PTK TK, SD, SMP, SMA, SMK dan Skripsi PTK untuk Mata Pelajaran PAI, PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Matematika, IPA, Fisika, Biologi, Kimia, IPS, Ekonomi, Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi..

Free Download PTK

Silahkan Download PTK TK, SD, SMP, SMA, SMK dan Skripsi PTK untuk Mata Pelajaran PAI, PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Matematika, IPA, Fisika, Biologi, Kimia, IPS, Ekonomi, Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi.

Free Download PTK

Silahkan Download PTK TK, SD, SMP, SMA, SMK dan Skripsi PTK untuk Mata Pelajaran PAI, PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Matematika, IPA, Fisika, Biologi, Kimia, IPS, Ekonomi, Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi.

Free Download PTK

Silahkan Download PTK TK, SD, SMP, SMA, SMK dan Skripsi PTK untuk Mata Pelajaran PAI, PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Matematika, IPA, Fisika, Biologi, Kimia, IPS, Ekonomi, Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi..

Senin, 28 Oktober 2013

Langkah-langkah umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan saintifik  dalam pembelajaran disajikan  sebagai berikut:


a. Mengamati (observasi)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan  mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor  81a, hendaklah  guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
b. Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor  81a Tahun 2013, adalah  mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
c. Mengumpulkan Informasi
Kegiatan “mengumpulkan informasi”  merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan  dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor  81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan  melalui eksperimen,  membaca sumber lain selain buku teks,  mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah  mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
d. Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/Menalar
Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor  81a Tahun 2013, adalah memproses  informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan  informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah  mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.  Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.
e. Menarik kesimpulan
Kegiatan menyimpulkan  dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan  mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau  secara individual membuat kesimpulan.
f. Mengkomunikasikan
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui  menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor  81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

1.  Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran
Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para siswa dan menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir.
Dalam metode saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah memantapkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan materi pelajaran baru yang akan dipelajari oleh siswa. Dalam kegiatan ini guru harus mengupayakan agar siswa yang belum paham suatu konsep dapat memahami konsep tersebut, sedangkan siswa yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat dihilangkan. Pada kegiatan pendahuluan, disarankan guru menunjukkan fenomena atau kejadian “aneh” atau “ganjil” (discrepant event) yang dapat menggugah timbulnya pertanyaan pada diri siswa.
Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar (learning experience) siswa. Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan inti dalam metode saintifik ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum atau prinsip oleh siswa dengan bantuan dari guru melalaui langkah-langkah kegiatan yang diberikan di muka.
Kegiatan penutup ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa. Kedua, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai siswa

Konsep Dasar Pendekatan Saintifik DALAM PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar  peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami  berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber  melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.
Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky.  Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam Carin & Sund, 1975). Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatau penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik.
Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967). Skema tidak pernah berhenti berubah, skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan skemata disebut dengan adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip ataupun pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada didalam pikirannya. Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan ciri-ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi.
Vygotsky, dalam teorinya  menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam zone of proximal development daerah terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. (Nur dan Wikandari, 2000:4).
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) berpusat pada siswa.
2) melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
3) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
   4) dapat mengembangkan karakter siswa.

DRAFT NOTULEN RAPAT FORUM MGMP IPA JOMBANG

Notulen Rapat Forum MGMP IPA Jombang
Tanggal :
Tempat : UPT Laboratorium IPA Bersama Kab. Jombang
Waktu :
Materi : Implementasi Kurikulum 2013
Peserta :

Rapat dibuka oleh Ketua Forum MGMP IPA Jombang, setelah membaca salam dan basmalah H. Wahib, S.Pd., M.M.Pd. menyampaikan informasi sehubungan dengan kegiatan baik oleh Forum, Korwil maupun kegiatan oleh DBL Bermutu Klaster Mendel.
Berikutnya disampaikan agenda rapat hari ini tanggal …., yaitu membahas Implementasi Kurikulum 2013 yang disampaikan oleh Ketua Forum MGMP IPA Kabupaten Jombang, dengan paparan sebagai berikut:
Kurikulum 2013 diberlakukan secara bertahap mulai tahun ajaran 2013-2014 melalui pelaksanaan terbatas khususnya bagi sekolah-sekolah yang sudah siap melaksanakan kurikulum 2013. Pada tahap pertama yaitu Tahun Ajaran 2013/2014, Kurikulum 2013 dilaksanakan secara terbatas untuk kelas 1 dan IV Sekolah Dasar/Madrasah Ibtida’iyah (SD/MI), kelas VII Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan kelas X Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah (SMA/SMK/MA/MAK). Selanjutnya pada Tahun Ajaran 2015/2016 diharapkan Kurikulum 2013 telah dilaksanakan di seluruh kelas I sampai dengan kelas XII.
Dalam implementasi Kurikulum 2013, penyiapan tenaga kependidikan dan pendidik  sebagai pelaksanaan kurikulum di lapangan perlu dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut, sesuai dengan tugas dan fungsinya, Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPK dan PMP), telah menyiapkan strategi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 bagi, tenaga kependidikan dan pendidik. Pada tahun 2013 pelatihan diprioritaskan bagi pengawas SD/SMP/SMA/SMK, kepala sekolah SD/SMP/SMA/SMK, dan guru kelas I dan IV SD, guru kelas VII SMP untuk 9 mata pelajaran, dan guru kelas X SMA/SMK untuk 3 mata pelajaran. Guna menjamin kualitas pelatihan tersebut, maka BPSDMPK dan PMP telah menyiapkan 5 buku/ Materi Pelatihan pendampingan Implementasi Kurikulum 2013, sesuai dengan tugas kepala sekolah dan pengawas sekolah pada jenjang pendidikan.
Secara umum Implementasi Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memberikan bekal kepada para anggota forum dalam melaksanakan pendampingan pada korwil masing-masing agar implementasi Kurikulum 2013 dapat terlaksanan secara efektif dan efisien di sekolah.
Secara khusus Implementasi Kurikulum 2013 memiliki tujuan sebagai berikut.
a. Memfasilitasi anggota forum dalam  memahami substansi materi implementasi Kurikulum 2013.
b. Meningkatnya kemampuan anggota forum dalam memahami strategi pendampingan penyusunan rencana pembelajaran (RPP).
c. Meningkatnya kemampuan anggota forum dalam memahami strategi pendampingan penerapapan pendekatan dan Strategi  pembelajaran.
d. Meningkatnya kemampuan anggota forum dalam memahami strategi pendampingan pelaksanaan penilaian pembelajaran dan penulisan buku laporan pendidikan.

Dikarenakan keterbatasan waktu untuk rapat hari ini tidak diadakan Tanya jawab, dan rapat diakhiri dengan bacaan do’a langsung oleh ketua Forum MGMP IPA SMP Kabupaten Jombang bapak H.  Wahib, S.Pd., M.M.Pd.

Notulen Rapat Forum MGMP IPA Jombang
Tanggal :
Tempat : UPT Laboratorium IPA Bersama Kab. Jombang
Waktu :
Materi : Penyusunan perangkat evaluasi Non Tes Kurikulum 2013
Peserta :

Rapat dibuka oleh Ketua Forum MGMP IPA Jombang, setelah membaca salam dan basmalah H. Wahib, S.Pd., M.M.Pd. menyampaikan informasi sehubungan dengan kegiatan baik oleh Forum, Korwil maupun kegiatan oleh DBL Bermutu Klaster Mendel.
Berikutnya disampaikan agenda rapat hari ini tanggal …., yaitu membahas Penyusunan perangkat evaluasi Non Tes Kurikulum 2013 yang disampaikan oleh Ketua Forum MGMP IPA Kabupaten Jombang, dengan paparan sebagai berikut:
Kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua, yaitu sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa, dan sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Sikap spiritual sebagai perwujudan dari menguatnya interaksi vertikal dengan Tuhan Yang  Maha Esa, sedangkan sikap sosial sebagai perwujudan eksistensi kesadaran dalam upaya mewujudkan harmoni kehidupan.
Pada jenjang SMP/MTs, kompetensi sikap spiritual mengacu pada KI-1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya, sedangkan kompetensi sikap sosial mengacu pada KI-2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
Tabel Cakupan Penilaian Sikap

Penilaian sikap spiritual Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianut  
Penilaian sikap sosial 1. jujur
2. disiplin
3. tanggung jawab
4. toleransi
5. gotong royong
6. santun
7. percaya diri

Guru dapat menambahkan sikap-sikap tersebut menjadi perluasan cakupan penilaian sikap. Perluasan cakupan penilaian sikap didasarkan pada  karakterisitik kompetensi dasar pada KI-1 dan KI-2 setiap mata pelajaran.
Selanjutnya Ketua Forum memberikan contoh penilaian sikap yaitu dengan cara observasi, berikut disampaikan contoh rubriknya:
Pedoman Observasi Sikap Spiritual
Petunjuk :
Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap spiritual peserta didik. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap spiritual yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan
      kadang-kadang tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan
      sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

Nama Peserta Didik : ………………….
Kelas : ………………….
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok : …………………..

No Aspek Pengamatan Skor  
1 2 3 4  
1 Berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu  
2 Mengucapkan rasa syukur atas karunia Tuhan  
3 Memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat/presentasi  
4 Mengungkapakan kekaguman secara lisan maupun tulisan terhadap Tuhan saat melihat kebesaran Tuhan  
5 Merasakan keberadaan dan kebesaran Tuhan saat mempelajari ilmu pengetahuan  
Jumlah Skor

Petunjuk Penskoran :
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :

Contoh :
Skor diperoleh 14, skor tertinggi 4 x 5 pernyataan = 20, maka skor akhir :


Peserta didik memperoleh nilai :
Sangat Baik : apabila memperoleh skor  3,20 – 4,00 (80 – 100)
Baik : apabila memperoleh skor  2,80 – 3,19 (70 – 79)
Cukup : apabila memperoleh skor  2.40 – 2,79 (60 – 69)
Kurang : apabila memperoleh skor kurang  2.40 (kurang dari 60%)

Setelah ketua menyampaikan paparannya, dibuka sesi Tanya jawab. Ada dua peserta/anggota forum yang menanyakan implementasi penilaian sikap pada proses pembelajaran berlangsung.
Setelah diadakan Tanya jawab, rapat diakhiri dengan bacaan do’a langsung oleh ketua Forum MGMP IPA SMP Kabupaten Jombang bapak H.  Wahib, S.Pd., M.M.Pd.

Notulen Rapat Forum MGMP IPA Jombang
Tanggal :
Tempat : UPT Laboratorium IPA Bersama Kab. Jombang
Waktu :
Materi : Implementasi Kegiatan Kursus IPA Terpadu
Peserta :

Rapat dibuka oleh Ketua Forum MGMP IPA Jombang, setelah membaca salam dan basmalah H. Wahib, S.Pd., M.M.Pd. menyampaikan informasi sehubungan dengan kegiatan baik oleh Forum, Korwil maupun kegiatan oleh DBL Bermutu Klaster Mendel.
Berikutnya disampaikan agenda rapat hari ini tanggal …., yaitu membahas Penyusunan perangkat evaluasi Non Tes Kurikulum 2013 yang disampaikan oleh Ketua Forum MGMP IPA Kabupaten Jombang, dengan paparan sebagai berikut:
Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu dan memiliki daya saing, diperlukan pembangunan pendidikan yang comprehensive yaitu peningkatan kecerdasan intelektual, emosional, sosial, spiritual maupun kecerdasan kinetetis. Hal tersebut dikarenakan kecerdasan intelektual saja tidak dapat menjamin suatu bangsa memenangkan dalam persaingan, tanpa didukung oleh kecerdasan lainnya. Secara normatif semua sekolah melaksanakan peningkatan kecerdasan yang comprehensive yang tergambar dalam jenis mata pelajaran yang diprogramkan, tetapi berdasarkan realita pelajaran yang dapat membangun kecerdasan intelektual (UNAS) diberikan kontribusi yang jauh lebih besar dan pelaksanaannya lebih fokus. Hal ini dicerminkan karena mindset pendidikan, bahwa UNAS merupakan indikator keberhasilan disatu sekolah.

Di Kabupaten Jombang terdapat 45 lembaga SMP Negeri dengan 192 orang guru IPA Terpadu yang memiliki kualifikasi S-1 jurusan Biologi sebanyak 86orang dan jurusan Fisika sebanyak 106 orang. Hal tersebut menggambarkan bahwa guru IPA di SMP tidak dapat mengajar IPA secara keseluruhan, melainkan hanya dapat mengajar salah satu pelajaran Biologi atau fisika, sehingga hasilnya juga dapat dipastikan kurang optimal.

 Bertitik tolak dari fakta tersebut diatas, supaya pembangunan pendidikan pada pada tahun 2025 benar - benar dapat mewujudkan insan yang cerdas lengkap (comprehensive) sebagaimana dimaksudkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Pendidikan (RPJP), diperlukan kegiatan peningkatan kompetensi guru bidang studi Ujian Nasional, khususnya bagi guru yang tidak memiliki kualifikasi pendidikan tertentu tetapi harus dapat memenuhi kompetensi sebagai guru IPA terpadu. Kegiatan tersebut berbentuk kursus yang dilaksanakan dengan model in, on, in, dimana guru akan dilatih selama 30 kali tatap muka (8 JP tiap tatap muka) dalam kelas yang pelaksanaannya dilakukan satu kali dalam satu minggu. Selanjutnya hari - hari yang lain, guru akan mengaplikasikan di sekolah dan hasil aplikasi tersebut akan di evaluasi pada hasil aplikasi tersebut akan di evaluasi pada pertemuan berikutnya.
Kursus peningkatan kompetensi guru IPA terpadu SMP Negeri di Kabupaten Jombang dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Setelah kegiatan kursus, peserta menguasai secara mendalam materi bidang studi IPA terpadu (Biologi dan Fisika).
2. Setelah kegiatan kursus, peserta menguasai secara mendalam metodologi pembelajaran IPA terpadu sesuai dengan standar proses.
3. Setelah kegiatan kursus, guru Biologi maupun Fisika dapat mengajar Mata Pelajaran IPA terpadu.

Setelah ketua menyampaikan paparannya, dibuka sesi Tanya jawab. Ada peserta/anggota forum yang menanyakan bagaimana upaya forum untuk meminimalisir adanya miskonsepsi yang bisa terjadi pada proses pembelajaran fisika oleh guru yang memiliki background biologi.
Setelah diadakan Tanya jawab, rapat diakhiri dengan bacaan do’a langsung oleh ketua Forum MGMP IPA SMP Kabupaten Jombang bapak H.  Wahib, S.Pd., M.M.Pd.

Kamis, 03 Oktober 2013

PERBAIKAN UTS FISIKA 8 SMP NEGERI 1 MOJOAGUNG MATERI GAYA

DOWNLOAD SOALNYA DULU