Advertise

Free Download PTK

Silahkan Download PTK TK, SD, SMP, SMA, SMK dan Skripsi PTK untuk Mata Pelajaran PAI, PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Matematika, IPA, Fisika, Biologi, Kimia, IPS, Ekonomi, Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi.

Free Download PTK

Silahkan Download PTK TK, SD, SMP, SMA, SMK dan Skripsi PTK untuk Mata Pelajaran PAI, PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Matematika, IPA, Fisika, Biologi, Kimia, IPS, Ekonomi, Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi..

Free Download PTK

Silahkan Download PTK TK, SD, SMP, SMA, SMK dan Skripsi PTK untuk Mata Pelajaran PAI, PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Matematika, IPA, Fisika, Biologi, Kimia, IPS, Ekonomi, Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi.

Free Download PTK

Silahkan Download PTK TK, SD, SMP, SMA, SMK dan Skripsi PTK untuk Mata Pelajaran PAI, PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Matematika, IPA, Fisika, Biologi, Kimia, IPS, Ekonomi, Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi.

Free Download PTK

Silahkan Download PTK TK, SD, SMP, SMA, SMK dan Skripsi PTK untuk Mata Pelajaran PAI, PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Matematika, IPA, Fisika, Biologi, Kimia, IPS, Ekonomi, Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi..

Sabtu, 22 September 2012

Kantung Semar

Selain bunga bangkai, ada tumbuhan lain yang juga memakan serangga.Tumbuhan tersebut adalah kantung semar.

Di habitat aslinya, tumbuhan ini hidup di daerah rawa yang miskin akan kandungan mineral nitrogen.
Untuk memenuhi kebutuhan nitrogen, kantung semar memperolehnya dari serangga.
Bagian bunga kantung semar mengeluarkan madu untuk menarik perhatian serangga. Selain itu,pada salah satu daun kantung semar, berubah menjadi berbentuk kantung dengan warna yang mencolok perhatian serangga untuk hinggap.
Pada bagian dalam kantung ini terdapat lapisan yang lengket. Jika ada serangga yang hinggap pada kantung ini maka akan terpeleset ke dalam kantung dan tidak dapat keluar lagi.
Serangga tersebut dicerna oleh kantung semar untuk memenuhi kebutuhan nitrogen.

Rantai Makanan

sumber : http://e-smartschool.co.id


Ada dua tipe dasar rantai makanan: 
  1. Rantai makanan rerumputan (grazing food chain). Misalnya: tumbuhan-herbivora-carnivora.
  2. Rantai makanan sisa (detritus food chain). Bahan mati mikroorganisme (detrivora = organisme pemakan sisa) predator.
Macam-macam rantai makanan
Para ilmuwan ekologi mengenal tiga macam rantai pokok, yaitu rantai pemangsa, rantai parasit, dan rantai saprofit. 
  1. Rantai Pemangsa
  2. Rantai pemangsa landasan utamanya adalah tumbuhan hijau sebagai produsen. Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat herbivora sebagai konsumen I, dilanjutkan dengan hewan karnivora yang memangsa herbivora sebagai konsumen ke-2 dan berakhir pada hewan pemangsa karnivora maupun herbivora sebagai konsumen ke-3.
  3. Rantai Parasit  
  4. Rantai parasit dimulai dari organisme besar hingga organisme yang hidup sebagai parasit. Contoh organisme parasit antara lain cacing, bakteri, dan benalu.
  5. Rantai Saprofit  
  6. Rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai. Misalnya jamur dan bakteri. Rantai-rantai di atas tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan satu dengan lainnya sehingga membentuk faring-faring makanan. 
Kumpulan dari rantai makanan nantinya akan menjadi sebuah jaring, yang sering disebut dengan jaring-jaring makanan.

Pada ekosistem, setiap organisme mempunyai suatu peranan, ada yang berperan sebagai produsen, konsumen ataupun dekomposer. Produsen adalah penghasil makanan untuk makhluk hidup sedangkan konsumen adalah pemakan produsen. Produsen terdiri dari organisme-organisme berklorofil (autotrof) yang mampu memproduksi zat-zat organik dari zat-zat anorganik (melalui fotosintesis). Zat-zat organik ini kemudian dimanfaatkan oleh organisme-organisme heterotrof (manusia dan hewan) yang berperan sebagai konsumen.

Sebagai konsumen, hewan ada yang memakan produsen secara langsung, tetapi ada pula yang mendapat makanan secara tidak langsung dari produsen dengan memakan konsumen lainnya. Karenanya konsumen dibedakan menjadi beberapa macam yaitu konsumen I, konsumen II, dan seterusnya hingga konsumen puncak. Konsumen II, III, dan seterusnya tidak memakan produsen secara langsung tetapi tetap tergantung pada produsen, karena sumber makanan konsumen I adalah produsen. Peranan makan dan dimakan di dalam ekosistem akan membentuk rantai makanan bahkan jaring-jaring makanan. Perhatikan contoh sebuah rantai makanan ini: daun berwarna hijau (Produsen) --> ulat (Konsumen I) --> ayam (Konsumen II) --> musang (Konsumen III) --> macan (Konsumen IV/Puncak).

...to be continue...

Penemu Blackberry

sumber : http://e-smartschool.co.id

Mike Lazaridis (48 tahun) adalah seorang pengusaha sukses. Pada saat ini, oleh media cetak dan internet, ia dianggap sebagai salah satu orang paling penting dan berpengaruh bagi masyarakat dunia. Alasannya: ia penemu BlackBerry. Bersama dengan berbagai situs jaringan sosial, BlackBerry mampu mengubah pola/kebiasaan komunikasi masyarakat dunia.


Tahun 1979, Lazaridis memutuskan kuliah di Universitas Waterloo jurusan Electrical Engineering bidang ilmu komputer. Saat menjadi mahasiswa, dia mendapat kontrak 500.000 dollar dari General Motors (GM) untuk membangun display kontrol jaringan komputer. Dari dana kontrak dengan GM itu, ditambah pinjaman 15.000 dollar dari orangtuanya, Lazaridis yang masih mahasiswa mendirikan perusahaan bernama Research in Motion (RIM). Dia keluar dari universitas dua bulan sebelum lulus. RIM bergerak di bidang teknologi barcode untuk film. Lambat laun, RIM merambah ke wireless dan tahun 1999 memperkenalkan BlackBerry.
Hal yang patut kita tiru, biarpun sudah sukses, Lazaridis tetap rendah hati dan tidak cepat puas. Ia tetap banyak belajar dan selalu melakukan riset. Maka tidak heran, ia tidak "hanya" menjadi seorang ahli teknologi. Dia juga menguasai manajemen, pemasaran, dan strategi invasi produk ke penjuru dunia! Luar biasa!

Semoga ada siswa siswa saya yang sesukses beliau ini... AMIN.

Kamis, 20 September 2012

PTK BAHASA JAWA MEDIA FILM


 A. Latar Belakang
            Di dalam Kurikulum Muatan Lokal Bahasa Jawa 2009, pembelajaran Bahasa Jawa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan para peserta didik dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, dengan tujuan agar bahasa dan kebudayaan Jawa sebagai bahasa daerah tetap terjaga kelestariannya. Selain itu, pembelajaran Bahasa Jawa juga diarahkan pada apresiasi terhadap hasil karya kesusastraan Jawa yang banyak mengandung nilai-nilai budi pekerti. Agar siswa mampu berkomunikasi dengan baik, pembelajaran Bahasa Jawa diarahkan untuk membekali siswa terampil berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis dengan etika yang benar. Siswa dilatih lebih banyak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, tidak dituntut lebih banyak untuk menguasai pengetahuan tentang bahasa. Oleh sebab itu, penguasaan siswa terhadap unggah-ungguh bahasa Jawa (selanjutnya disingkat UUBJ) mutlak diperlukan dan harus mendapat perhatian lebih khusus dan lebih serius.
Proses pembelajaran bahasa Jawa harus berlangsung dalam kondisi serius, menantang, dan menyenangkan bagi siswa. Kreativitas siswa dalam pembelajaran harus dapat dimaksimalkan. Ekspresi siswa dalam pembelajaran harus lugas dan penuh inovatif, utamanya yang berkaitan dengan aktivitas siswa dalam mengaktualisasikan dirinya di berbagai konteks kegiatan, khususnya konteks berbicara sesuai dengan UUBJ.
            Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran UUBJ (khususnya ketrampilan berbicara) mengalami banyak kendala antara lain: (1) siswa belum terlatih menggunakan bahasa Jawa sesuai dengan UUBJ, baik di sekolah, di rumah, dan lebih-lebih di masyarakat; (2) di lingkungan keluarga yang mestinya sebagai tempat pembelajaran bahasa ibu, orang tua kurang memberikan pembiasaan kepada anak untuk berbicara dengan bahasa Jawa; (3) teknik mengajar yang disajikan guru kurang menarik dan tidak sesuai dengan kemampuan siswa; (4) rendahnya pengetahuan dan kemampuan guru dalam memanfaatkan media pembelajaran, misalnya pemanfaatan media film dalam proses pembelajaran UUBJ; (5) siswa sulit berbicara atau berkomunikasi mengungkapkan perasaan, ide, dan gagasannya karena keterbatasan pengetahuannya tentang undha-usuk bahasa Jawa yang dianggap rumit.
Berbagai kendala dalam kegiatan pembelajaran UUBJ di atas, harus dicarikan solusinya sehingga kegiatan belajar mengajar utamanya pembelajaran UUBJ akan dapat mencapai sasaran seperti yang diamanatkan dalam kurikulum Muatan Lokal Bahasa Jawa. Guru harus memahami kehendak siswanya dalam peningkatan berbagai ketrampilan dalam pembelajaran ini. Sejalan dengan hal itu Nurhadi (2004 : 73) berpendapat bahwa guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswinya. Salah satu upaya adalah dengan memanfaatkan media audio visual (film) agar siswa lebih antusias dalam mengikuti pelajaran khususnya pembelajaran UUBJ.
Sejarah  penggunaan  alat-alat  audio  visual  dalam  dunia  pendidikan bukanlah  hal  yang  baru,  melainkan  sama  tuanya  dengan  pendidikan  itu sendiri.  Kelebihan  dan  keampuhan  film  sebagai  alat  untuk mendidik  rakyat dapat  dibuktikan  dengan  kata-kata  Hitler  dan  Kepala  Staf  Angkatan Perangnya yang bernama Wilhelm Keitel ketika ada orang yang mananyakan kepada  Hitler  (1939) mengenai  senjata  yang  paling  ampuh  sehingga  Hitler mampu  menakhlukkan  beberapa  negara  dalam  waktu  singkat,  Hitler menjawab:  “Enam puluh  ribu proyektor yang kami miliki”. Pada  tahun 1945 setelah  kalah  perang,  Wilhelm  Keitel  berkata:  “Semua  telah  kami perhitungkan  dengan  sebaik-baiknya,  kecuali  kesanggupan  Amerika  Serikat melatih  rakyatnya  dengan  cepat  untuk  perang.  Kesalahan  kami  yang terutama  adalah  menganggap  enteng  kecepatan  kemahiran  mereka memanfaatkan media film untuk pendidikan”.
Efektifitas  penggunaan  media  film  untuk  mendidik  rakyat  dalam berbagai  segi  kehidupan  tampaknya  juga  sudah  disadari  betul  berbagai kalangan masyarakat. Menjamurnya sinetron  religi  Islam di berbagai stasiun televisi  merupakan  salah  satu  bukti  adanya  inovasi  para  ulama atau da’i  untuk melakukan  syiar  agama. Mereka  sadar  betul  bahwa  karena  berbagai  alasan kesibukan,  masyarakat  masa  kini  sudah  enggan menyempatkan diri datang ke majelis-majelis taklim untuk mendengarkan khotbah. Syiar agama yang dikemas dalam bentuk film yang  “sedikit”  didramatisir  di berbagai stasiun televisi tampaknya lebih mudah menyentuh hati nurani para umat tersebut,  dibanding hanya dengan  sekedar mendengarkan  kata-kata  dalam khotbah.
Tidak jauh berbeda dengan eksistensi budaya lokal, khususnya budaya Jawa.  Lagi-lagi  kaum  muda  dan  kaum  “modernis”  menggangap  bahwa aktivitas  nguri-uri  budaya:  ‘termasuk  menggunakan  bahasa  Jawa yang sesuai dengan unggah-ungguh basa’  dianggap kuno.  Dengan  demikian  wajar  bila  proses  transfer  budaya  Jawa  secara otomatis  perlahan-lahan  terputus  (terjadi  missing  link).  Mereka  tidak  lagi menyadari  bahwa  budaya  Jawa  merupakan  seteguk  ramuan  yang  sangat nikmat  untuk  dihayati  karena  didalamnya  terdapat  berbagai  unsur kebudayaan yang unik, kompleks, dan adiluhung. Akibatnya pergaulan kaum muda di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat menjadi “minim” tata krama dan unggah-ungguh. Ini dibuktikan dengan adanya keluhan ± 42 orang guru  bahasa  Jawa SMP di kabupaten Jombang, yang menyiratkan  rasa keprihatinannya  terhadap  penggunaan  UUBJ  bagi para siswa.  Siswa  sudah  jarang  dapat  dengan  fasih  menerapkan  ragam bahasa krama-ngoko dalam berbagai situasi. Fenomena  tersebut  nampaknya  mengundang  polemik  di  kalangan masyarakat
Keberadaan  pembelajaran bahasa  Jawa  sebagai  muatan  lokal  wajib  merupakan  suatu  tantangan. Kondisi siswa  yang  dihadapi  saat  ini  jauh  berbeda  dengan karakteristik siswa 10-15 tahun yang lalu. Siswa sudah banyak terkontaminasi berbagai  pola  kebudayaaan  yang  belum  tentu  sesuai  dengan  kepribadian bangsa sehingga agak sukar untuk menarik kembali ke suasana yang “njawani”. Karakteristik  inilah yang menjadi pijakan guru  untuk  mencari  media  yang  lebih  inovatif, menarik, dan dapat menumbuhkan minat belajar  sehingga mendukung keberhasilan proses belajar mengajar.
Media audio visual (berupa film) diharapkan akan lebih memikat bagi siswa dibandingkan dengan penggunaan  metode  ceramah  di  kelas.  Media  ini  juga  cocok  untuk menyadarkan sasaran (siswa) dan menarik minat siswa untuk lebih menyukai mata pelajaran bahasa Jawa terutama dalam pembelajaran UUBJ. Media audio-visul yang digunakan berupa  film (drama) berbahasa Jawa dalam bentuk VCD dan DVD.
B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas penulis rumuskan masalah sebagai berikut :
  1. Bagaimanakah penggunaan media film yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tentang materi UUBJ pada siswa kelas VII.A semester 1 tahun pelajaran 2009/2010 di SMP Negeri 1 Mojowarno?
  2. Bagaimanakah prestasi belajar siswa kelas VII.A semester 1 tahun pelajaran 2009/2010 di SMP Negeri 1 Mojowarno dalam pembelajaran yang menggunakan menggunakan media film?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah :
1.          Mendeskripsikan bagaimana penggunaan media film yang dapat meningkatkan minat belajar siswa pada materi UUBJ pada siswa kelas VII.A semester 1 tahun pelajaran 2009/2010 di SMP Negeri 1 Mojowarno.
2.          Mendeskripsikan prestasi belajar siswa kelas VII.A semester 1 tahun pelajaran 2009/2010 di SMP Negeri 1 Mojowarno dalam pembelajaran yang menggunakan menggunakan media film.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini akan sangat berharga dan bermanfaat untuk pengelolaan pembelajaran, khususnya untuk guru mata pelajaran Bahasa Jawa dan umumnya untuk segenap unsur penyelenggara sekolah. 
      1.   Bagi guru :
a.       Guru akan memiliki gambaran variasi cara untuk menyajikan pembelajaran khusnya materi UUBJ.
b.      Guru dapat meningkatkan keterampilan melaksanakan inovasi pembelajarn dengan memanfaatkan media film.
c.       Guru dapat mengidentifikasi masalah pembelajaran yang dilakukannya sekaligus mencari solusinya seperti kajian ini.
d.      Guru dapat menyusun program peningkatan efektivitas pembelajaran Bahasa Jawa, khususnya aspek berbicara yang sesuai dengan UUBJ.
      2.   Bagi Siswa
a.       Siswa akan merasa lebih senang dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Jawa.
b.      Siswa akan semakin betah dan mantap dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Jawa.
c.       Meningkatkan prestasi belajar Bahasa Jawa khususnya materi pembelajaran UUBJ.
      3.   Bagi sekolah :
a.       Sekolah akan memiliki sumber daya manusia yang unggul dalam pembelajaran.
b.      Sekolah akan dapat memotivasi guru untuk melakukan pembelajaran yang bisa menyengakan.
c.       Sekolah akan berkembang dan lebih cepat mencapai visi dan misi.
      4.   Bagi dunia pendidikan
a.   Menambah wacana baru dalam proses belajar mengajar dengan memanfaatkan film sebagai media pembelajaran
b.   Sebagai acuan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.

Rabu, 19 September 2012

Keterampilan Proses IPA Pendidikan Dasar


Menurut Srini (2001:54) dinyatakan bahwa keterampilan proses IPA
adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan di antaranya, adalah:
mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, mengendalikan variabel,
merumuskan hipotesis, membuat grafik, dan tabel data membuat definisi
operasional dan melakukan eksperimen. Untuk lebih jelasnya kegiatan yang
dilakukan dalam kegiatan keterampilan proses IPA adalah:
1. Pengamatan
Pengamatan ilmiah adalah proses pengumpulan informasi dengan
mempergunakan semua indera atau memakai alat untuk membantu
pancaindera, misalnya kaca pembesar yang digunakan untuk membantu
penglihatan. IPA dimulai dengan pengamatan alam semesta. Agar muridmurid
terampil melakukan pengamatan, mereka harus dilatih
mempergunakan pancaindera, dan mereka harus belajar membedakan
baik-baik antara pengamatan yang sebenarnya dan penafsiran.
2. Pengklasifikasian
Kemampuan untuk mengklasifikasikan dan menyusun menurut urutan
logis, merupakan keterampilan dasar IPA dan Matematika.
Pengklasifikasian adalah mengatur, menyusun atau mendistribusikan
objek-objek, kejadian-kejadian, atau informasi ke dalam golongan atau
kelas dengan mempergunakan cara tertentu atau sistem tertentu.
3. Pengukuran
Definisi membuat pengukuran adalah membuat observasi kuantitatif
dengan jalan membandingkan suatu standar konvensional atau non
konvensional. Misalnya mempergunakan thermometer untuk menentukan
suhu akhir dalam derajat celcius air lelehan bongkahan es.
4. Identifikasi dan pengendalian variabel
Identifikasi variabel adalah menandai karakteristik objek atau faktor dalam
kejadian/peristiwa yang tetap dan yang berubah di dalam kondisi yang
berbeda-beda. Mengendalikan variabel merupakan salah satu komponen
penting dalam kegiatan melakukan kegiatan ilmiah. Ada tiga variabel
dalam penelitian ilmiah, yaitu variabel terikat, variabel bebas, dan variabel
terkontrol. Variabel bebas adalah variabel yang sengaja diubah-ubah oleh
peneliti di dalam suatu penelitian. Variabel terikat adalah variabel yang
berubah di dalam suatu penelitian sebagai akibat suatu perubahan variabel
bebas. Sedangkan variabel terkontrol adalah variabel yang sengaja dibuat
konstan di dalam suatu penelitian untuk mendapatkan hasil ayng mantap.
5. Perumusan hipotesis
Hipotesis adalah dugaan tentang hubungan alasan yang mungkin
ditemukan di dalam percobaan/penelitian. Hipotesis biasanya dipakai
sebagai penuntun dalam penelitian. Seringkali kali dinyatakan dalam
bentuk pernyataan seperti: “Makin besar variabel bebas, makin kecil
variabel terikatnya“. Untuk kelas-kelas rendah di Sekolah Dasar, salah satu
cara untuk memancing murid-murid merumuskan hipotesis adalah
pertanyaan-pertanyaan operasional seperti : Apakah penambahan garam ke
dalam air membuat benda ini terapung? Dengan hipotesis ini memberi
arahan bagi anak-anak untuk melakukan suatu upaya mendapatkan efekefek
yang dapat diamati sebagai akibat dari sesuatu.
6. Perancangan eksperimen
Melakukan eksperimen adalah melakukan kegiatan percobaan-percobaan,
yang nantinya dapat digunakan untuk mendapatkan data yang baik. Anakanak
di Sekolah Dasar harus dilatih untuk melakukan eksperimen,
walaupun masih dalam taraf yang sederhana, hal ini dapat dijadikan
sebagai dasar untuk senang melakukan percobaan yang selanjutnya.
7. Pengkomunikasian
Di sekolah dasar pengkomunikasian berarti mencatat data yang didapat
sebagai hasil eksperimen dalam bentuk yang dapat dipahami oleh orang
lain. Anak-anak belajar berkomunikasi dengan berbagai cara, mereka
belajar mengambil gambar dengan teliti, membuat diagram-diagram,
membuat tabel dan grafik yang sesuai. Mereka belajar membuat model
yang tepat dan mempergunakan bahasa yang jelas bila mendeskripsikan
suatu objek atau kejadian. Peran guru di sini adalah membantu anak-anak
berlatih berkomunikasi dan membantu mereka mengevaluasi apa yang
mereka katakan.
Berdasarkan perbedaan perkembangan kognitif pada anak-anak usia
Sekolah Dasar, maka pembelajaran keterampilan proses IPA di Sekolah Dasar,
terbagi atas dua bagian. Bagian pertama adalah pembelajaran keterampilan
proses IPA untuk kelas tinggi, dan bagian kedua adalah pembelajaran
keterampilan proses IPA untuk kelas rendah. Adapun pembagian tersebut
adalah:
1. Pembelajaran Keterampilan Proses IPA untuk Kelas Tinggi
Kegiatan pembelajaran keterampilan proses IPA untuk Sekolah Dasar
kelas tinggi, meliputi kegiatan mengidentifikasi variabel-variabel,
membuat tabel dari data, membuat grafik, menjelaskan hubungan antar
variabel-variabel, mengumpulkan dan memproses data, menganalisis
penyelidikan, merumuskan hipotesis, memanipulasi variabel-variabel,
merancang suatu eksperimen dan melaksanakan eksperimen.
2. Pembelajaran Keterampilan Proses IPA untuk Kelas Rendah
Untuk kegiatan pembelajaran ketrampilan proses IPA bagi kelas rendah
dapat dikembangkan enam keterampilan IPA dasar, yaitu mengamati atau
mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, membuat
inferensi, mengkomunikasikan hasil observasi atau hasil penyelidikan.
Itulah ketrampilan IPA dasar yang dapat dikembangkan untuk kelas
rendah di Sekolah Dasar.
C. Keaktifan kerja kelompok
Menurut Wina Sanjaya (2007:241) dinyatakan bahwa model
pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan
oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu uantuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam
pembelajaran kelompok, yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok; (2)
adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok;
dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai.
Untuk meningkatkan keaktifan kerja kelompok dalam pembelajaran
IPA di sekolah dasar, dapat ditempuh langkah-langkah sebagai berikut, antara
lain :
1. Menggunakan metode percobaan atau eksperimen secara kelompok.
2. Menggunakan media benda langsung untuk melakukan percobaan.
3. Memberikan kesempatan kepada siswa dalam kelompok untuk melakukan
dan mencoba sendiri apa yang dipelajari.
4. Pembelajaran berpusat pada siswa (student center learning).
5. Memberikan kesempatan kepada siswa dalam kelompok untuk
menemukan sendiri apa yang dipelajari
6. Memberikan model-model pembelajaran yang menarik dalam kerja
kelompok
7. Materi yang dibahas dalam kerja kelompok berdasarkan konteks yang
sedang dipelajari oleh siswa.
D. Mengaktifkan Belajar Siswa
Menurut Srini M. Iskandar (2001), dijelaskan bahwa guru dapat
menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan atau membangkitkan belajar
siswanya, yaitu:
1. Memberikan nilai
Dengan diberikannya angka setiap kegiatan siswa, akan mendorong
semangat dan keaktifan belajar siswa.
2. Memberikan pujian
Dengan diberikannya pujian kepada siswa, akan dapat menambah
semangat dan mendorong siswa dalam mengikuti pembelajaran.
3. Memberikan hadiah
Pemberian hadiah bagi siswa yang melaksanakan pekerjaan baik atau nilai
yang tertinggi, akan mendorong dan membangkitkan semangat siswa.
4. Kompetisi
Dengan kegiatan saling persaingan atau kompetisi, memungkinkan siswa
bersemangat dan bersaing untuk memperoleh sesuatu yang terbaik.
5. Kegiatan eksperimen
Dengan sering melakukan kegiatan eksperimen dalam pembelajaran IPA,
memungkinkan siswa bersemangat dan aktif mengikuti kegiatan
pembelajaran.
6. Memotivasi siswa dalam kerja kelompok
Kerja kelompok akan berhasil dengan baik dan aktif apabila guru
memberikan motivasi, bimbingan, pengarahan, dan kepercayaan kepada
siswa, untuk menemukan sendiri kegiatan dan hasil apa yang ingin
dicapai.

Mind Mapping


Mind Mapping berasal dari Bahasa Inggris, yaitu dari kata mind dan mapping yang masing- masing adalah mind berarti otak, dan mapping berarti memetakan. Dengan arti luas, Mind Mapping berarti memetakan segenap kemampuan ke dalam otak dan atau dari otak untuk menegembangkan informasi (Tony Buzan, 2003).
Berdasarkan pengertian di atas peneliti dapat menarik pengertian bahwa Mind Mapping adalah suatu teknik yang membiasakan siswa berpikir cepat untuk mengembangkan pengetahuannya. Konsep-konsep yang baru ditemukan secepatnya ditabung ke dalam otak dengan benar dan akan digunakan atau digeneralisasikan dengan konsep lain dengan cepat pula saat dibutuhkan. Kecepatan mengakses dan memproses konsep tersebut menumbuhkan kemampuan berpikir cepat dan kritis pada siswa.
Membuat Mind Mapping berbentuk saraf otak atau kepala berambut dapat membantu siswa dalam mengembangkan konsep. Suatu konsep yang ditentukan guru dikembangkan siswa dengan cara menggeneralisasikannya dengan konsep-konsep lain yang telah tersimpan di otak dan konsep yang baru ditemukan. Konsep-konsep yang akan ditulis dihubungkan dengan konsep inti yang berkaitan, menjalar ke segala arah tidak terbatas sedemikian rupa seperti saraf otak atau rambut di kepala. Semakin banyak rambut yang tumbuh, semakin banyak pula konsep yang diperoleh siswa. Hal ini dapat dilakukan siswa dengan mudah dan menyenangkan.


Kegiatan siswa membuat Mind Mapping tersebut menurut kognitif Bloom termasuk tingkat pemahaman dan penerapan aplikatif. Tingkat pemahaman yang dilakukan siswa adalah menggeneralisasi dan menguraikan konsep yang dimiliki. Tingkat analisis yang dilakukan adalah mengurai dan mengkorelasikan suatu konsep yang dimiliki dan baru ditemukan.
Keyakinan seseorang mengenai kemampuan dirinya sangat berpengaruh pada kemampuan itu sendiri (Albert Bandura, 1988). Penulis berasumsi bahwa siswa yang telah termotivasi, diberdayakan kemampuannya dalam pembelajaran sedemikian rupa termasuk melalui Mind Mapping maka konsep yang dimiliki akan lebih berkembang membentuk pengalaman baru. Pemetaan pikiran membuatmu tetap fokus kepada ide utama dan semua ide tambahan lainnya serta memantumu untuk menggunakan kedua belah otak sehingga kamu malahan ingin terus menerus belajar (Tony Buzan, 2003).
Menurut Tony Buzan dalam buku Mind Map Untuk Meningkatkan Kreativitas memberikan beberapa pengertian tentangnya, antara lain:

1) Mind Mapping merupakan alat paling hebat yang membantu otak berpikir secara teratur, cepat dan sederhana.

2) Mind Mapping merupakan cara paling mudah untuk memasukkan informasi ke dalam otak dan untuk mengambil informasi dari otak.

3) Mind Mapping adalah sistem akses dan pengambilan kembali data yang sungguh hebat bagi perpustakaan raksasa yang ada di otak siswa yang menakjubkan.

4) Mind Mapping membantu siswa belajar, mengatur, dan menyimpan sebanyak mungkin informasi yang siswa inginkan, serta menggolongkan informasi tersebut secara wajar sehingga memungkinkan siswa mendapat akses seketika (daya ingat yang sempurna) atas segala hal yang diinginkan.

5) Cara ini (Mind Mapping) merupakan cara yang kreatif dan efektif dalam membuat catatan di dalam otak. Nantinya otak diharapkan lebih siap untuk mengembangkan informasi baru menjadi pengalaman baru siswa dalam pembelajaran.
Struktur alamiah Mind Mapping bentuk syaraf otak berupa radial yang memancar keluar dari gambar sentral sebagai gagasan terpenting. Penggunaan garis,lambang,kata-kata, serta gambar berdasarkan seperangkat aturan yang sederhana, mendasar, alami, dan akrab bagi otak siswa. Dengan menggunakan Mind Mapping,daftar informasi yang panjang dan menjemukan dapat diubah bentuknya menjadi diagram berwarna-warni, mudah diingat dan sangat beraturan serta sejalan dengan cara kerja alami otak.
Kegiatan menceritakan kembali dalam membuat laporan akhir pembelajaran yang dilakukan siswa secara isi diharapkan dapat berkembang. Konsep-konsep yang sudah ditanam di otak dengan cara yang mudah dan cepat siswa dapat mengembangkannya dengan cara mengkaitkan dengan konsep-konsep yang lain. Kebebasan bentuk, warna-warni, hiasan yang menyertai, dapat menumbuhkan keberanian siswa dalam mengembangkan kreativitasnya di samping bentuk pembelajaran yang menyenangkan.

c. Keunggulan Mind Mapping dalam pembelajaran
Mind Mapping dapat membantu siswa dalam banyak hal. Karena Mind Mapping mudah dibuat dan sederhana sesuai dengan imajinasi dan asosiasi otak siswa. Mind Mapping dapat membantu siswa dalam beberapa hal yaitu:

1) Menjadi lebih kreatif

2) Mengingat dengan lebih baik

3) Belajar lebih cepat dan efesien

4) Lebih berkonsentrasi

5) Belajar dengan lebih mudah

6) Menghemat waktu

7) Melihat ”gambaran keseluruhan”

8) Mengatur dan menjernihkan pikiran

9) Memecahkan masalah

d. Bahan dan alat untuk membuat Mind Mapping
1) Kertas kosong polos atau tidak bergaris

1) Pena atau pulpen

2) Pensil berwarna

3) Otak (imajinasi dan asosiasi)

e. Tujuh langkah cara membuat Mind Mapping

1) Mulai dari bagian tengah permukaan secarik kertas kosong yang memanjang.
Memulai dari tengah-tengah permukaan kertas akan memberikan keleluasaan bagi cara kerja otak untuk memencar ke luar, ke segala arah, dan mengekspresikan diri lebih bebas dan alami.

2) Gunakan sebuah gambar untuk gagasan sentral siswa.
Suatu gambar menyimpan seribu kata dan membantu siswa menggunakan imajinasi. Gambar yang letaknya di tengah-tengah akan tampak lebih menarik, membuat siswa tetap terfokus, membantu memusatkan pikiran siswa, dan membuat otak semakin aktif dan sibuk.

3) Gunakan warna pada seluruh Mind Mapping.
Warna menarik bagi otak, tampak lebih cerah dan hidup, meningkatkan kekuatan cara berfikir kreatif, dan menyenangkan.

4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar sentral, cabang-cabang kedua ke cabang-cabang utama, dan seterusnya.
Otak bekerja dengan menggunakan asosiasi, jika siswa menghubungkan cabang-cabang, siswa akan jauh lebih mudah dalam memahami dan mengingat konsep.

5) Buatlah cabang-cabang Mind Mapping berbentuk garis melengkung bukan garis lurus.


Garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan hidup seperti cabang-cabang sebuah pohon jauh lebih menarik dan indah bagi mata.

6) Gunakan satu kata kunci per baris.
Kata kunci tunggal atau gambar tunggal akan menjadikan Mind Mapping lebih kuat dan fleksibel. Setiap kata atau gambar tunggal seperti pengganda yang melahirkan sendiri rangkaian asosiasi dan hubungan yang khusus. Setiap kata lebih bebas dan mudah tercetus atau terpicu gagasan- gagasan dan pikiran-pikiran baru.

7) Usahakan gunakan gambar di seluruh Mind Mapping.
Setiap gambar sentral mengandung seribu kata, apabila tersaji beberapa gambar maka terkandung beribu-ribu kata.
Membuat Mind Mapping dilakukan dua kali dalam satu kali pertemuan pembelajaran yaitu a) saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa membuat Mind Mapping berbentuk saraf otak, b) saat akan berakhir proses kegiatan belajar mengajar, siswa membuat Mind Mapping berbentuk narasi sebagai laporan akhir pembelajaran. Melalui pembuatan Mind Mapping siswa dapat dengan mudah menggeneralisasikan konsep yang dimiliki atau disimpan di otak dan yang baru ditemukan melalui kegiatan belajar. Kegiatan ini siswa dapat mengembangkan konsep baru menjadi pengalaman baru sebagai hasil pembelajaran yang bermakna.
Mind Mapping akan lebih berhasil jika didukung dengan kooperative learning yang tepat sehingga keunggulan pembelajaran yang penulis sajikan sebagai berikut:

1) Pembelajaran lebih aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (Pakem)

2) Kegiatan lebih berpusat pada siswa (student centre) dan guru sebagai fasilitator dan mediator.

3) Memiliki daya serap tinggi sehingga daya ingat siswa cukup lama (long term memory