PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN
MENGGUNAKAN MODUL BERORIENTASI SIKLUS BELAJAR DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
DI SMA
oleh
Desak Made Citrawathi
Jurusan Pendidikan Biologi
Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
Tujuan utama penelitian ini adalah mengembangkan pembelajaran biologi dengan pendekatan konstruktivistik menggunakan modul berorientasi siklus belajar dan mengetahui pengaruh implementasinya terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dan eksperimen dengan rancangan Randomized Posttest-Only Control Group Design, yang melibatkan 84 siswa kelas II SMA Laboratorium IKIP Negeri Singaraja. Data tentang pengetahuan awal dan prestasi belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes, dan respon siswa serta guru dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Perbedaan rerata skor prestasi belajar antara siswa yang menggunanan modul berorientasi siklus belajar dan yang tidak (konvensional) dianalisis dengan uji-t, dan respon siswa serta guru dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) siswa telah memiliki pengetahuan awal yang bervariasi terkait dengan materi sistem koordinasi (saraf, indera, dan hormon), (2) modul berorientasi siklus belajar yang dikembangkan dinilai layak sebagai media edukatif dalam pembelajaran biologi di SMA, (3) prestasi belajar siswa yang menggunakan pendekatan konstruktivistik dengan modul berorintasi siklus belajar lebih baik dibandingkan dengan menggunakan cara konvensional, dan (4) secara umum respon siswa dan guru terhadap pembelajaran biologi menggunakan modul berorientasi siklus belajar adalah positif atau baik.
Kata kunci : pendekatan konstruktivistik, modul berorientasi siklus belajar
ABSTRACT
This main purpose of this research involved the development of biology instruction based on constructivist approach by implementing learning cycle oriented module, as well as to find out how it influenced towards students academic achievement. This was a development and experimental study based on the randomized post-test only controlled group design. The subjects were the students of grade II of SMA Laboratorium IKIP Negeri Singaraja with the total number of 84 individuals. The data involving about the prior knowledge and the academic achievement were collected by using achievement test, whereas those of the students and teachers’ responses were collected by using quesionnaire. The different means of students academic achievement between those using learning cycle oriented modulus and those working in conventional classes was analyzed by using t-test and student’s responses were analyzed descriptively. This results showed that (1) the student’s had a prior knowledge of coordination system, (2) the learning cycle oriented modules could propely be used as an education media in biology learning at SMAs, (3) the academic achievement of students learning based on the constructive approach was better than those learning in conventional classroom, (4) generally the students and the teachers responses were good and positive
Key word: constructivist approach, learning cycle oriented module
1. Pendahuluan
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini, Departemen Pendidikan Nasional untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya dan IPA pada khususnya. Namun hasilnya belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari hasil ujian semester dan hasil ujian akhir yang dicapai siswa yang umumnya relatif masih rendah. Berdasarkan kenyataan ini, tampaknya masih diperlukan berbagai upaya inovatif untuk meningkatkan kualitas pendidikan kita, baik yang menyangkut sumber daya manusianya, sarana prasarana, kurikulum, maupun proses pendidikan itu sendiri.
Salah satu yang menentukan hasil belajar adalah proses pembelajaran. Hasil belajar siswa belum optimal, jika dalam proses pembelajaran model pembelajaran yang dianut para guru didasarkan pada asumsi tersembunyi bahwa “pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa”. Asumsi seperti ini menyebabkan selama proses pembelajaran para guru memfokuskan diri pada upaya penuangan pengetahuan ke kepala siswanya dengan tidak terlalu memperhatikan pengetahuan awal siswa.
Secara alamiah, siswa (pebelajar) mengamati berbagai fenomena atau gejala alam di lingkungannya. Siswa mencoba menafsirkan dan mengembangkan konsep-konsep yang sesuai dengan domain pengetahuan mereka. Dengan demikian, siswa datang ke sekolah tidak dengan kepala kosong, tetapi mereka membawa konsepsi yang mereka gunakan untuk belajar di kelas. Siswa telah memiliki gagasan-gagasan tentang konsep biologi sebelum mereka memasuki kelas juga ditemukan dari hasil penelitian Citrawathi (2000), dan temuan-temuan peneliti sebelumnya. Disamping itu, dari hasil penelitian juga diperoleh informasi bahwa pengetahuan awal siswa menentukan kemungkinan pembelajaran baru (Nur, 2000). Pengetahuan awal yang dimiliki siswa kadang-kadang tidak sesuai dengan pandangan ilmuawan atau pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) dan para pakar menyebutnya dengan berbagai istilah seperti konsepsi naif (naïve conceptions), miskonsepsi (misconceptions) dan alternate conceptions. Jadi, siswa mungkin datang ke kelas dengan membawa miskonsepsi. Siswa perlu disadarkan akan adanya bukti-bukti ilmiah dan pemikiran rasional yang dapat mempertanyakan kesahihan konsep yang mereka miliki. Dengan kata lain siswa perlu “melihat’ secara logis bagaimana bukti-bukti mendukung konsep ilmiah dan menentang miskonsepsi. Agar proses belajar siswa berlangsung dengan baik, maka siswa perlu “menghapus” lebih dulu miskonsepsi yang mereka miliki tentang suatu konsep biologi, dan menggantikannya dengan konsep yang sahih secara ilmiah. Kebanyakan kegagalan siswa dalam belajar disebabkan oleh konsepsi naif siswa (Waras, 1997). Oleh karena itu, perlu diupayakan suatu strategi pembelajaran yang dapat menanggulangi miskonsepsi siswa.
Menurut pandangan kontruktivisme, pengetahuan dibangun sendiri oleh pebelajar (siswa) yang didasarkan pada struktur kognitif yang telah ada sebelumnya pada diri pebelajar. Struktur kognitif itu ada dalam wujud “priorknowledge”. Jadi, dalam proses pembelajaran, pebelajar sendirilah yang aktif membangun pengetahuannya, sedangkan guru hanya berperan sebagai mediator dan fasilitator yang kreatif. Agar dapat berperan sebagai mediator dan fasilitator dalam proses pengonstruksian pengetahuan oleh pebelajar itulah seorang guru seyogyanya mengetahui profil pengetahuan awal yang dimiliki siswa.
Dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivistik, seorang guru perlu menginvertarisir dan mengidentifikasi konsepsi-konsepsi siswa, kemudian merencanakan suatu strategi “conceptual change” yang tepat dalam rangka mengonstruksi pengetahuan siswa menjadi pengetahuan ilmiah. Strategi pembelajaran yang direncanakan adalah yang memberi kesempatan kepada siswa untuk memeriksa tepat tidaknya konsepsi mereka melalui argumentasi dan refleksi mengenai alasan-alasannya. Lebih lanjut, siswa juga diberi kesempatan untuk memperoleh konsep yang lebih tepat melalui diskusi dan argumentasi mengenai konseps yang berasal dari siswa-siswa lain. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk menerapkan model pembelajaran yang demikian adalah siklus belajar.
Secara umum, siklus belajar dideskripsikan sebagai suatu model pembelajaran yang berpusat pada kegiatan penyelidikan sebelum pengenalan konsep ilmiah tertentu. Siklus belajar memiliki tiga tahapan, yaitu eksplorasi, pengenalan istilah, dan penerapan atau aplikasi konsep (Lawson, 1988). Pada tahap eksplorasi, pebelajar belajar suatu situasi baru melalui aksi dan reaksi. Umumnya mereka mengeksplorasi gejala baru dengan bimbingan minimal. Dalam tahap eksplorasi, pebelajar mempunyai kesempatan untuk membahas ide-ide yang betentangan atau yang kurang tepat, mengidentifikasi dan menemukan pola-pola yang ada pada gejala yang diselidiki. Tahap kedua, pengenalan istilah (konsep) baru, dapat dilakukan oleh pengajar secara langsung atau melalui buku teks, film, dan sumber belajar yang lain. Siklus ketiga siklus belajar, adalah penerapan atau aplikasi konsep. Pada tahapan ini pebelajar menerapkan istilah baru dan atau pola berpikir barunya ke contoh-contoh atau masalah lainnya.
Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SMA menunjukkan bahwa bahan ajar maupun buku paket yang digunakan oleh siswa dan buku pegangan guru belum disusun dengan berorientasi siklus belajar. Dalam proses pembelajaran, guru biologi umumnya belum optimal memanfaatkan konsepsi awal siswa (pebelajar) dan lebih banyak memberi tahu dari pada memberikan bagaimana cara mencari tahu (menemukan konsep dan prinsip biologi) dalam rancangan pembelajaran maupun implementasi program pembelajarannya di kelas. Hal ini mungkin merupakan salah satu penyebab mengapa siswa yang telah belajar tentang biologi masih mengalami miskonsepsi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar mereka. Penggunaan bahan ajar yang disusun berorientasi siklus belajar diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang pada akhirnya akan bermuara pada hasil belajar yang menjadi lebih baik.
Berdasarkan atas permasalahan yang telah diuraikan di atas, perlu dilakukan pengembangan pembelajaran yang dapat mengubah miskonsepsi siswa menjadi konsep ilmiah, dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMA. Untuk maksud tersebut akan dikembangkan suatu pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik menggunakan modul berorientasi siklus belajar untuk mata pelajaran biologi di SMA Laboratorium IKIP Negeri Singaraja.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dalam penelitian ini akan dikaji beberapa permasalahan berikut. (1) Bagaimanakah konsepsi awal siswa mengenai konsep-konsep biologi di kelas II SMA Laboratorium IKIP Negeri Singaraja? (2) Apakah terjadi miskonsepsi pada siswa yang berkaitan dengan konsep-konsep biologi di kelas II SMA Laboratorium IKIP Negeri Singaraja? (3) Apakah terjadi perubahan miskonsepsi siswa dengan pendekatan konstruktivistik menggunakan modul berorientasi siklus belajar pada mata pelajaran Biologi di kelas II SMA Laboratorium IKIP Negeri Singaraja. (4) Bagaimanakah hasil belajar siswa dengan pendekatan konstruktivistik menggunakan modul berorientasi siklus belajar pada mata pelajaran biologi di kelas II SMA Laboratorium IKIP Negeri Singaraja? (5) Bagaimanakah respon siswa dan guru mengenai pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik menggunakan modul berorientasi siklus belajar?
2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu: (1) tahap pengembangan, (2) tahap uji coba, dan (3) tahap implementasi.
Tahap Pengembangan
Tahapan pengembangan pembelajaran biologi dengan pendekatan konstruktivistik menggunakan modul berorientasi siklus belajar meliputi enam tahapan, yaitu: (a) penetapan mata pelajaran (pokok bahasan), (b) mengidentifikasi kurikulum, (c) menganalisis tujuan pembelajaran, (d) mengembangkan butir tes, (e) mengembangkan strategi pembelajaran, dan (f) menulis modul berorientasi siklus belajar. Dalam penelitian, ini pokok bahasan yang disusun dalam bentuk modul berorientasi siklus belajar adalah sistem koordinasi, yang terdiri dari tiga sub pokok bahasan yaitu sistem endokrin (sistem hormon), sistem saraf, dan indera.
Modul yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah modul berorientasi siklus belajar yang terdiri atas tiga bagian pokok, yaitu (1) eksplorasi, (2) pengenalan konsep, dan (3) aplikasi konsep. Bagian eksplorasi terdiri dari pendahuluan dan pertanyaan-pertanyaan yang mengeksplorasi konsep-konsep atau pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa berkaitan dengan konsep biologi khususnya sistem koordinasi yang akan dibahas, atau cara kerja (jika ada praktikum/eksperimen), dan pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada konsep yang dibahas atau data yang didapatkan pada eksperimen. Bagian pengenalan konsep berisi ringkasan materi yang merupakan konsep-konsep penting pada sistem koordinasi yang dilengkapi dengan gambar-gambar untuk memudahkan pemahaman konsep yang diuraikan. Bagian aplikasi konsep terdiri dari sejumlah permasalahan di mana siswa dapat menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru atau pada permasalahan yang ada di masyarakat.
Tahap Uji Coba/Riview
Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui apakah prototipe model pembelajaran dapat digunakan oleh siswa maupun guru. Hasil uji coba ini akan dipakai untuk merevisi prototipe model pembelajaran. Pelaksanaan uji coba prototipe model pembelajaran dilakukan kegiatan awal pengembangan dan uji coba di kelas.
Subjek uji coba adalah dosen Jurusan Pendidikan Biologi, guru, dan siswa biologi kelas II SMA Laboratorium IKIP Negeri Singaraja. Data hasil uji coba dapat merupakan data kualitatif yang berupa tanggapan dan saran perbaikan, dan data kuantitatif berupa hasil penilaian dosen dari Jurusan Pendidikan Biologi, siswa, dan guru biologi kelas II SMA Laboratorium IKIP Negeri Singaraja.
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa angket tanggapan guru dan siswa, serta angket penilaian modul berorientasi siklus belajar. Data yang telah dikumpulkan dianalisis secara deskriptif.
Tahap Implementasi
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran yang dikembangkan, dilakukan eksperimen. Dalam eksperimen ini, ada dua macam variabel, yaitu (a) variabel eksperimen (treatment variabel) berupa pemberian strategi pembelajaran biologi menggunakan pendekatan konstruktivistik dengan modul berorientasi siklus belajar pada kelompok (kelas) eksperimen, dan (b) variabel noneksperimen merupakan variabel pembanding berupa strategi pembelajaran biologi secara konvensional yang diberikan pada kelompok (kelas) kontrol. Tahapan pembelajaran yang dilakukan pada kelompok eksperimen adalah seperti pada Tabel 01 berikut.
Tabel 01. Sintaks pembelajaran dengan model siklus belajar
Tahap Tingakah Laku Guru/Siswa
Tahap 1
Eksplorasi Guru: Mengeksplorasi gagasan siswa tentang konsep biologi
Siswa : Aktif dan memanipulasi materi
Tahap 2
Pengenalan Konsep Guru: Memperkenalkan suatu konsep dengan demonstrasi dan diskusi informasi
Siswa: Berpartisipasi secara mental dan sosial
Tahap 3
Aplikasi Konsep Guru: Memberikan situasi baru atau masalah
Siswa: Mencari solusi atau jawaban dari masalah yang diberikan sesuai dengan konsep atau prinsip biologi
Diadaptasi dari Carin (1993)
Pada kelompok konvensional dilakukan pembelajaran dengan menggunakan lembaran kerja siswa (LKS), dan kemudian dilanjutkan dengan mendiskusikan hasil kerja siswa serta menginformasikan konsep-konsep biologi yang menjadi tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran tidak digunakan modul berorientasi siklus belajar.
Disain eksperimen yang digunakan adalah The Postest-Only Control Group Design dengan gambar bagan seperti berikut.
Kelompok Perlakuan Pasca-uji
X T
R
- T
Kelompok eksperimen (R)
Kelompok Kontrol (R)
Gambar 1. Randomized Post-Only Control-Group Design
T (pasca-uji) untuk menyatakan rerata prestasi belajar sesudah pembelajaran
Keterangan :
X (perlakuan)berupa strategi pembelajaran biologi menggunakan pendekatan konstruktivistik dengan Modul berorientasi silus belajar
(tanpa perlakuan) berupa strategi pembelajaran biologi secara konvensional (tanpa modul berorientasi siklus belajar)
Penelitian eksperimen ini dilakukan di SMA Laboratorium IKIP Negeri Singaraja pada semester II dengan melibatkan siswa kelas II. Kelas yang digunakan sebagai sampel adalah kelas II-3 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 42 orang dan II-1 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 42 orang. Kelas yang digunakan sebagai sampel ditentukan secara random.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Pengetahuan awal siswa dengan menggunakan tes yang diberikan pada awal pembelajaran atau pada tahapan eksplorasi. (2) Prestasi belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes prestasi belajar. (3) Respon guru dan siswa tentang pembelajaran biologi dikumpulkan dengan menggunakan modul berorientasi siklus belajar dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner.
Untuk membandingkan signifikansi perbedaan rerata prestasi belajar siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivistik dengan modul berorientasi siklus belajar dan rerata prestasi belajar siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran konvensional, dengan dilakukan pengujian secara statistik dengan uji-t menggunakan program SPSS versi 10.
Di samping itu, profil hasil belajar siswa dibandingkan dan dianalisis secara deskriptif. Untuk mengkategorikan hasil belajar siswa tersebut, dibuat skala berikut ini.
Nilai 85-100 digolongkan sangat baik
Nilai 70-84,9 digolongkan baik
Nilai 55-69,9 digolongkan sedang
Nilai 40-54,9 digolongkan kurang
Nilai 00-39,9 digolongkan sangat kurang (Depdikbud, 1996)
Data pengetahuan awal siswa dan respon siswa ataupun guru tentang pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik menggunakan modul berorientasi siklus belajar dianalisis secara deskriptif dan dideskripsikan secara naratif.
Hasil penilaian dosen, guru, dan siswa terhadap modul berorientasi siklus belajar, dan respon guru dan siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan dianalisis dengan menggunakan skala sebagai berikut.
Nilai 1 adalah kurang membantu/kurang
Nilai 2 adalah cukup membantu/sedang
Nilai 3 adalah membantu/baik
Nilai 4 adalah sangat membantu/baik sekali
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian yang dilaporkan meliputi dua hal, yaitu (a) hasil pengembangan, dan (b) hasil implementasi model pembelajaran.
Hasil Pengembangan
Pengembangan pembelajaran adalah suautu proses yang sistematik dalam mengidentifikasi masalah, mengembangkan bahan dan strategi pembelajaran, serta mengevaluasi efektivitas dan efisiensinya dalam mencapai tujuan pembelajaran (Suparman dan Purwanto, 1997). Metode pengembangan model pembelajaran biologi dengan pendekatan konstruktivistik menggunakan modul berorientasi siklus belajar diadaptasi dari Dik and Carey. Prosedur pengembangan dilaksanakan dengan melibatkan ahli isi pembelajaran (dosen dan guru biologi SMA) dan siswa pemakai produk. Modul dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu pebelajar mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Sebuah modul dapat dirancang berorientasi pada pebelajar dengan alokasi waktu tertentu, apakah satu jam, atau satu hari, atau seminggu, atau lebih tergantung pada keluasan topik yang dibicarakan (Degeng, 1997).
Hasil pengembangan yang dilaporkan dalam penelitian ini meliputi (1) hasil analisis data penilaian modul berorientasi siklus belajar oleh ahli isi pembelajaran (dosen dan guru), (2) hasil analisis data uji coba kepada siswa secara perorangan, dan (3) hasil analisis uji coba kepada siswa secara kelompok.
Ahli isi pembelajaran (dosen dan guru) dan uji coba pada siswa memberikan penilaian untuk modul yang digunakan dengan kategori baik dan amat baik, dengan rerata nilai 3,29 – 3,62. Akan tetapi, komponen-komponen tertentu dari modul masih perlu mendapatkan perhatian, apakah dengan melakukan perbaikan atau memperhatikan komponen tersebut pada saat implementasinya. Sebagai contoh, komponen alokasi waktu. Ketiga penilai ahli memberikan nilai 3,0 (baik), belum 4,0 (sangat baik). Ini berarti bahwa pada saat implementasi perlu diperhatikan strategi yang ditempuh agar pemanfaatan waktu benar-benar optimal.
Penilaian dari siswa secara perorangan maupun kelompok, menunjukkan modul berorientasi siklus belajar tersebut baik. Dengan melakukan revisi sesuai dengan saran-saran yang disampaikan, modul tersebut layak digunakan sebagai media edukatif baik untuk perorangan maupun kelompok. Penilaian tim ahli dan siswa ini menunjukkan bahwa modul untuk mata pelajaran biologi yang disusun berorientasi siklus belajar layak digunakan dalam proses pembelajaran biologi di SMA. Dengan modul berorientasi siklus belajar ini, pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik dapat dilaksanakan dengan lebih baik.
Hasil Implementasi
Hasil implementasi model pembelajaran yang dilaporkan, antara lain : (1) profil pengetahuan awal siswa, (2) ) perubahan miskonsepsi yang dialami siswa, (3) deskripsi proses pembelajaran dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, (4) respon siswa terhadap model pembelajaran yang diimplementasikan, dan (5) hasil belajar siswa.
Hasil tes menunjukkan bahwa pengetahuan awal siswa tentang sistem koordinasi bervariasi dan masih tergolong dalam kategori sedang dengan rata-rata 62,10 (simpangan baku 7,36) untuk kelompok kontrol, dan rata-rata 63,79 (simpangan baku 6,89) untuk kelompok eksperimen. Dari hasil tes awal itu juga terungkap bahwa sejumlah siswa mengalami kesalahan konsep pada konsep-konsep tertentu pada sistem koordinasi. Melalui pembelajaran dengan pendekatan kontruktivistik menggunakan modul berorientasi siklus belajar diharapkan kesalahan konsep siswa dapat diperbaiki. Belajar menurut pandangan konstruktivis adalah proses aktif sehingga dalam pembelajaran biologi perlu diupayakan agar pebelajar dapat mengkonstruksi pengetahuan yang diperolehnya dengan memperhatikan pengetahuan awal yang dimiliki pebelajar. Jika pengetahuan awal tersebut tidak sesuai dengan konsep ilmiah, maka perlu diklarifikasi melalui kegiatan observasi, eksperimentasi, atau konflik kognitif. Pebelajar membangun pengetahuan dari kegiatan, refleksi, dan interpretasi serta pemahaman sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Dengan demikian, berarti bahwa pembelajaran lebih banyak diarahkan untuk melayani keperluan pebelajar, dan pengajar lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator dan mediator yang kreatif (Bodner, 1986). Modul yang disusun berorientasi siklus belajar, diharapkan dapat membantu proses belajar pebelajar (siswa) yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar mereka. Dengan siklus belajar, guru dapat memaksimalkan proses belajar siswa karena pada tahapan eksplorasi guru dapat mengetahui profil pengetahuan awal siswa, dan dengan mengetahui profil pengetahuan awal tersebut guru dapat menentukan strategi yang paling tepat untuk membantu siswa mengontruksi pengetahuannya pada tahap pengenalan konsep. Pada tahap aplikasi konsep, siswa diberi kesempatan memantapkan pemahamannya melalui latihan pemecahan masalah atau menemukan solusi dari suatu masalah nyata yang ada di sekitarnya. Dengan demikian, siswa akan menjadi lebih memahami konsep-konsep yang dipelajarinya.
Respon siswa terhadap model pembelajaran yang diimplementasi-kan menyatakan bahwa penggunaan modul berorientasi siklus belajar dapat membantu siswa dalam mengubah miskonsepsinya dan memperoleh konsep sistem koordinasi yang benar, memudahkan mempelajari konsep sistem koordinasi dan mengaplikasikan konsep tersebut, memotivasi untuk belajar lebih awal, memanfaatkan pengetahuan awal yang mereka miliki, menjadikan mereka lebih aktif dalam pembelajaran, dan mendidik mereka untuk belajar mandiri.
Penilaian terhadap proses pembelajaran menunjukkan bahwa kegiatan guru pada tahap eksplorasi tergolong baik-sangat baik (3,00 – 4,00), dan kegiatan siswa tergolong baik dengan nilai 3,00. Kegiatan siswa yang mendapat nilai 3,00 menunjukkan bahwa kemampuan siswa secara umum dalam berdiskusi dan menyampaikan gagasan perlu dilatih secara terus-menerus. Demikian juga halnya dengan kemampuan siswa dalam bertanya. Dalam pembelajaran, siswa yang lebih banyak bertanya dan menyampakan gagasan adalah siswa yang mempunyai kemampuan yang baik. Siswa yang mempunyai kemampuan sedang, perlu dilatih dalam berdiskusi dan menyampaikan pendapat ataupun bertanya. Pada tahapan pengenalan konsep, kegiatan guru diniliai baik-sangat baik (3,30 - 4,00), dan kegiatan siswa dinilai sangat baik-sangat baik (3,3-3,7). Pada aplikasi kosep, kegiatan guru dan siswa dinilai sangat baik dengan nilai 4,0 dan 3,7. Antusiasme guru dan siswa selama proses pembelajaran dinilai baik (3,3). Ini berarti secara keseluruhan proses pembelajaran biologi dengan pendekatan konstruktivistik menggunakan modul berorientasi siklus belajar dinilai baik, bahkan pada sejumlah aspek dinilai sangat baik.
Dalam pembelajaran menggunakan modul berorientasi siklus belajar, siswa dapat menilai ketepatan konsep yang telah dimiliki melalui eksperimen baik dengan media asli maupun tiruan (tidak asli), atau dengan media gambar. Dari data yang didapatkan melalui percobaan, atau dari hasil pengamatan diharapkan terjadi konflik kognitif pada diri siswa. Melalui diskusi dan dibantu dengan literatur akhirnya siswa menyadari kesalahan konsep yang dialaminya, dan menemukan sendiri konsep baru yang tepat. Menurut Gabel (1994), penggunan siklus belajar dalam pembelajaran sangat baik untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan konsep pada siswa.
Proses pembelajaran yang baik tentunya akan diikuti oleh peningkatan hasil belajar. Dengan pengetahuan awal yang berkategori sedang dan sejumlah kesalahan konsep, melalui model pembelajaran ini hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan nilai rata-rata 77,58 (simpangan baku 5,99). Di samping itu, kesalahan konsep yang terjadi pada siswa dapat diperbaiki.
Hasil uji komparatif pascauji siswa pada kelas dengan menggunakan modul berorientasi siklus belajar dengan yang tidak (secara konvensional) menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05). Prestasi hasil belajar siswa yang menggunakan modul berorientasi siklus belajar lebih baik (rerata 77,58) dibandingkan siswa pada kelas konvensional (rerata 70,20). Hasil belajar siswa yang menggunakan modul berorientasi siklus belajar 93,02% memiliki nilai baik dan sangat baik, dan tidak ada yang memiliki nilai kurang. Prestasi belajar sesuai dengan hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran dan penilaian siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan.
4. Penutup
Berdasarkan atas hasil penelitian dan analisis data, dapat dibuat beberapa simpulan berikutini. (1) Siswa telah memiliki pengetahuan awal yang bervariasi terkait dengan materi sistem koordinasi (sistem saraf, indera dan hormon). (2) Modul berorientasi silkus belajar yang dikembangkan dinilai layak sebagai media edukatif dalam pembelajaran biologi di SMA, khususnya untuk materi sistem koordinasi. (3) Prestasi belajar siswa menggunakan pendekatan konstruktivistik dengan modul berorientasi siklus belajar lebih baik dibandingkan dengan cara konvensional (tidak menggunakan modul berorientasi siklus belajar). (4) Secara umum respon siswa dan guru terhadap pembelajaran biologi menggunakan pendekatan konstruktivistik dengan modul berorientasi siklus belajar adalah positif atau baik.
Berdasarkan temuan penelitian ini, dapat diajukan beberapa saran berikut ini. (1) Para guru biologi di SMA disarankan agar mencoba mengimplementasikan model pembelajaran yang menggunakan modul berorientasi siklus belajar sebagai inovasi dalam pembelajaran sains. (2) Sebelum mengajarkan materi pelajaran yang baru, disarankan guru untuk melakukan inventarisasi pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa berkaitan dengan materi yang akan dibahas. Pengetahuan tentang profil pengetahuan awal siswa, akan memudahkan untuk memilih atau menentukan strategi pembelajaran yang tepat agar pengetahuan baru yang akan diberikan mudah dikonstruksi oleh siswa. Di samping itu, kesalahan konsep yang terjadi pada siswa dapat dideteksi secara dini dan dilakukan upaya klarifikasi.
DAFTAR PUSTKA
Bodner, G.M, 1986. Contructivism: A Theory of knowledge. Journal of Chemical Education, 63 (10)
Citrawathi, D.M, Md. Sutajaya, Pt. Budi Adnyana. 2000. Pengembangan Model Pembelajaran Anatomi dan Fisiologi Manusia Manggunakan Suplemen Bahan Ajar dan Siklus Belajar Berbasis Sains- Teknologi-Masyarakat (STM) di Program Studi Biologi STKIP Singaraja. Laporan Penelitian. Dibiayai oleh Proyek PGSM, IBRD Loan No. 3979-IND
Carin, A. 1993. Teaching Modern Science, 6 th ed. New York: Macmillan Publishing Company.
Degeng, I.N.S. 1997. Penulisan Bahan Ajar: Modul Pembelajaran. Makalah. Pelatihan Staf, Guru, dan Karyawan Sekolah Ciputra Surabaya.
Gabel, D.L. 1994. Handbook of Research on Science Teaching and Learning. A Project of The National Science Teachers Association. New York: Macmillan Publishing Company.
Lawson, A.E. 1988. Better Way to Teach Biology. The American Biology Teacher, 50 (5) : 166-278
Nur, M. 2000. Strategi-strategi Belajar. Surabaya. Pusat Studi Matematika dan IPA Sekolah UNESA
Suparman A dan Purwanto. 1997. Analisis Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud
Waras. 1997. Menuju pembelajaran yang Berperspektif Konstruktivis. Jurnal Teknologi Pembelajaran, Teori dan Penelitian. Tahun 5 (1): 22-28
0 komentar
Posting Komentar