Di dalam Kurikulum Muatan Lokal
Bahasa Jawa 2009, pembelajaran
Bahasa Jawa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan para peserta didik dalam
berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar, baik secara lisan
maupun tulisan, dengan tujuan agar bahasa dan kebudayaan Jawa sebagai bahasa
daerah tetap terjaga kelestariannya. Selain itu, pembelajaran Bahasa Jawa juga
diarahkan pada apresiasi terhadap hasil karya kesusastraan Jawa yang banyak
mengandung nilai-nilai budi pekerti. Agar siswa mampu berkomunikasi dengan
baik, pembelajaran Bahasa Jawa diarahkan untuk membekali siswa terampil
berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis dengan etika yang benar. Siswa
dilatih lebih banyak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, tidak dituntut
lebih banyak untuk menguasai pengetahuan tentang bahasa. Oleh sebab itu,
penguasaan siswa terhadap unggah-ungguh bahasa Jawa (selanjutnya disingkat
UUBJ) mutlak diperlukan dan harus mendapat perhatian lebih khusus dan lebih
serius.
Proses
pembelajaran bahasa Jawa harus berlangsung dalam kondisi serius, menantang, dan
menyenangkan bagi siswa. Kreativitas siswa dalam pembelajaran harus dapat
dimaksimalkan. Ekspresi siswa dalam pembelajaran harus lugas dan penuh
inovatif, utamanya yang berkaitan dengan aktivitas siswa dalam
mengaktualisasikan dirinya di berbagai konteks kegiatan, khususnya konteks
berbicara sesuai dengan UUBJ.
Kenyataan di lapangan menunjukkan
bahwa pelaksanaan pembelajaran UUBJ (khususnya ketrampilan berbicara) mengalami
banyak kendala antara lain: (1) siswa belum terlatih menggunakan bahasa Jawa
sesuai dengan UUBJ, baik di sekolah, di rumah, dan lebih-lebih di masyarakat;
(2) di lingkungan keluarga yang mestinya sebagai tempat pembelajaran bahasa
ibu, orang tua kurang memberikan pembiasaan kepada anak untuk berbicara dengan
bahasa Jawa; (3) teknik mengajar yang disajikan guru kurang menarik dan tidak
sesuai dengan kemampuan siswa; (4) rendahnya pengetahuan dan kemampuan guru
dalam memanfaatkan media pembelajaran, misalnya pemanfaatan media film dalam
proses pembelajaran UUBJ; (5) siswa sulit berbicara atau berkomunikasi
mengungkapkan perasaan, ide, dan gagasannya karena keterbatasan pengetahuannya
tentang undha-usuk bahasa Jawa yang dianggap rumit.
Berbagai kendala
dalam kegiatan pembelajaran UUBJ di atas, harus dicarikan solusinya sehingga
kegiatan belajar mengajar utamanya pembelajaran UUBJ akan dapat mencapai
sasaran seperti yang diamanatkan dalam kurikulum Muatan Lokal Bahasa Jawa. Guru
harus memahami kehendak siswanya dalam peningkatan berbagai ketrampilan dalam
pembelajaran ini. Sejalan dengan hal itu Nurhadi (2004 : 73) berpendapat bahwa
guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswinya. Salah
satu upaya adalah dengan memanfaatkan media audio visual (film) agar siswa
lebih antusias dalam mengikuti pelajaran khususnya pembelajaran UUBJ.
Sejarah penggunaan
alat-alat audio visual
dalam dunia pendidikan bukanlah hal
yang baru, melainkan
sama tuanya dengan
pendidikan itu sendiri. Kelebihan
dan keampuhan film
sebagai alat untuk mendidik rakyat dapat
dibuktikan dengan kata-kata
Hitler dan Kepala
Staf Angkatan Perangnya yang
bernama Wilhelm Keitel ketika ada orang yang mananyakan kepada Hitler
(1939) mengenai senjata yang
paling ampuh sehingga
Hitler mampu menakhlukkan beberapa
negara dalam waktu
singkat, Hitler menjawab: “Enam puluh
ribu proyektor yang kami miliki”. Pada
tahun 1945 setelah kalah perang,
Wilhelm Keitel berkata:
“Semua telah kami perhitungkan dengan
sebaik-baiknya, kecuali kesanggupan
Amerika Serikat melatih rakyatnya
dengan cepat untuk
perang. Kesalahan kami
yang terutama adalah menganggap
enteng kecepatan kemahiran
mereka memanfaatkan media film untuk pendidikan”.
Efektifitas penggunaan
media film untuk
mendidik rakyat dalam berbagai segi
kehidupan tampaknya juga
sudah disadari betul
berbagai kalangan masyarakat. Menjamurnya sinetron religi
Islam di berbagai stasiun televisi
merupakan salah satu
bukti adanya inovasi
para ulama atau da’i untuk melakukan syiar
agama. Mereka sadar betul
bahwa karena berbagai
alasan kesibukan, masyarakat masa
kini sudah enggan menyempatkan diri datang ke
majelis-majelis taklim untuk mendengarkan khotbah. Syiar agama yang dikemas
dalam bentuk film yang “sedikit” didramatisir
di berbagai stasiun televisi tampaknya lebih mudah menyentuh hati nurani
para umat tersebut, dibanding hanya
dengan sekedar mendengarkan kata-kata
dalam khotbah.
Tidak jauh
berbeda dengan eksistensi budaya lokal, khususnya budaya Jawa. Lagi-lagi
kaum muda dan
kaum “modernis” menggangap
bahwa aktivitas nguri-uri budaya:
‘termasuk menggunakan bahasa
Jawa yang sesuai dengan unggah-ungguh
basa’ dianggap kuno. Dengan
demikian wajar bila
proses transfer budaya
Jawa secara otomatis perlahan-lahan terputus
(terjadi missing link). Mereka
tidak lagi menyadari bahwa
budaya Jawa merupakan
seteguk ramuan yang
sangat nikmat untuk dihayati
karena didalamnya terdapat
berbagai unsur kebudayaan yang
unik, kompleks, dan adiluhung. Akibatnya pergaulan kaum muda di lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat menjadi “minim” tata krama dan unggah-ungguh.
Ini dibuktikan dengan adanya keluhan ± 42 orang guru bahasa
Jawa SMP di kabupaten Jombang, yang menyiratkan rasa keprihatinannya terhadap
penggunaan UUBJ bagi para siswa. Siswa
sudah jarang dapat
dengan fasih menerapkan
ragam bahasa krama-ngoko dalam berbagai situasi. Fenomena tersebut
nampaknya mengundang polemik
di kalangan masyarakat
Keberadaan pembelajaran bahasa Jawa
sebagai muatan lokal
wajib merupakan suatu tantangan. Kondisi siswa yang
dihadapi saat ini
jauh berbeda dengan karakteristik siswa 10-15 tahun yang
lalu. Siswa sudah banyak terkontaminasi berbagai pola
kebudayaaan yang belum
tentu sesuai dengan
kepribadian bangsa sehingga agak sukar untuk menarik kembali ke suasana
yang “njawani”. Karakteristik inilah yang menjadi pijakan guru untuk
mencari media yang lebih inovatif, menarik, dan dapat menumbuhkan
minat belajar sehingga mendukung
keberhasilan proses belajar mengajar.
Media audio
visual (berupa film) diharapkan akan lebih memikat bagi siswa dibandingkan dengan
penggunaan metode ceramah
di kelas. Media
ini juga cocok
untuk menyadarkan sasaran (siswa) dan menarik minat siswa untuk lebih menyukai
mata pelajaran bahasa Jawa terutama dalam pembelajaran UUBJ. Media audio-visul yang digunakan
berupa film (drama) berbahasa Jawa dalam
bentuk VCD dan DVD.
B. Rumusan
Masalah
Dengan
memperhatikan latar belakang masalah di atas penulis rumuskan masalah sebagai
berikut :
- Bagaimanakah penggunaan media film yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tentang materi UUBJ pada siswa kelas VII.A semester 1 tahun pelajaran 2009/2010 di SMP Negeri 1 Mojowarno?
- Bagaimanakah prestasi belajar siswa kelas VII.A semester 1 tahun pelajaran 2009/2010 di SMP Negeri 1 Mojowarno dalam pembelajaran yang menggunakan menggunakan media film?
C. Tujuan
Penelitian
Tujuan yang
penulis harapkan dari penelitian ini adalah :
1.
Mendeskripsikan
bagaimana penggunaan media film yang dapat meningkatkan minat belajar siswa pada
materi UUBJ pada siswa kelas VII.A semester 1 tahun pelajaran 2009/2010 di SMP
Negeri 1 Mojowarno.
2.
Mendeskripsikan
prestasi belajar siswa kelas VII.A semester 1 tahun pelajaran 2009/2010 di SMP
Negeri 1 Mojowarno dalam pembelajaran yang menggunakan menggunakan media film.
D. Manfaat
Penelitian
Hasil penelitian ini akan
sangat berharga dan bermanfaat untuk pengelolaan pembelajaran, khususnya untuk
guru mata pelajaran Bahasa Jawa dan umumnya untuk segenap unsur penyelenggara
sekolah.
1.
Bagi guru :
a. Guru akan memiliki gambaran variasi cara
untuk menyajikan pembelajaran khusnya materi UUBJ.
b. Guru dapat meningkatkan keterampilan
melaksanakan inovasi pembelajarn dengan memanfaatkan media film.
c. Guru dapat mengidentifikasi masalah
pembelajaran yang dilakukannya sekaligus mencari solusinya seperti kajian ini.
d. Guru dapat menyusun program peningkatan
efektivitas pembelajaran Bahasa Jawa, khususnya aspek berbicara yang sesuai
dengan UUBJ.
2. Bagi Siswa
a. Siswa akan merasa lebih senang dan termotivasi
dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Jawa.
b. Siswa akan semakin betah dan mantap dalam
mengikuti pembelajaran Bahasa Jawa.
c. Meningkatkan prestasi belajar Bahasa Jawa
khususnya materi pembelajaran UUBJ.
3. Bagi sekolah :
a. Sekolah akan memiliki sumber daya manusia
yang unggul dalam pembelajaran.
b. Sekolah akan dapat memotivasi guru untuk
melakukan pembelajaran yang bisa menyengakan.
c. Sekolah akan berkembang dan lebih cepat
mencapai visi dan misi.
4. Bagi dunia pendidikan
a. Menambah wacana baru dalam proses belajar
mengajar dengan memanfaatkan film sebagai media pembelajaran
b. Sebagai acuan untuk mengembangkan penelitian
selanjutnya.
0 komentar
Posting Komentar